TEMPO.CO, Rio de Jainero - Ketika akhirnya Argentina bisa mengatasi Swiss pada menit-menit akhir perpanjangan waktu, seorang warga Rio de Janeiro pun tampak murung. Kepada temannya, dia berbisik, "Akhirnya Argentina lolos juga." Temannya pun tak kalah murung. Tapi dia bisa lebih menguasai keadaannya. Senyumnya bisa menutupi kegundahannya. Meski hatinya juga kecewa.
Argentina sebenarnya tetangga dekat Brasil. Tapi, di lapangan hijau, mereka bukanlah tetangga yang disukai. Ketika Argentina berhasil mengalahkan Iran, seorang warga lainnya berseloroh dengan nada tinggi, "Argentina dibantu wasit!"
Banyak muasal ketidaksukaan mereka terhadap Hermano--panggilan kakak dalam bahasa Spanyol yang umum terdengar di Argentina. Salah satu penyebabnya adalah ulah Diego Maradona yang sering mengecilkan idola mereka sepanjang zaman, Pele.
Maradona selalu berujar dialah yang pantas disebut sebagai bintang sepanjang masa, bukan Pele. Sebaliknya, bagi orang di sini, Maradona hanya omong besar. "Pele sudah memberikan tiga gelar juara dunia buat Brasil. Maradona? Baru sekali saja sudah omong besar," begitu kata salah seorang warga.
Maradona juga yang menjadi bulan-bulanan di televisi. Satu iklan situs jual-beli barang bekas di sana memakai si Tangan Tuhan sebagai salah satu model iklannya. Dikisahkan, Maradona selalu muncul di sebuah sofa kulit. Ketika Brasil kalah, wajahnya muncul dan berkomentar tentang kehebatan Argentina.
Karena kesal dengan bayangan Maradona itu, kursi itu pun dijual. "Beres, sekarang tak akan ada lagi dia," kata si pemilik kursi yang disambut gembira teman nonton barengnya. Mereka bertepuk tangan.
Di iklan lainnya, Maradona juga "muncul". Kali ini bersama Romario, peraih gelar juara dunia 1994. Romario yang diceritakan membeli sandal tapi tak pernah dipakai, membuat teman-temannya bingung. "Saya berikan kepada Maradona," ujar Romario santai. Di penutup iklan, sandal yang paling terkenal di Brasil itu pun diperlihatkan dikirim lewat pos ke tempat tinggal Maradona di Buenos Aires.
Bintang masa kini Lionel Messi pun muncul di sebuah iklan. Dani Alves, temannya di Barcelona, membangunkan Messi yang masih tertidur lewat jaringan sosialnya. Alves mengabarkan dia baru saja mencetak gol. Lalu gambar memperlihatkan Messi yang baru saja akan bertanding. Sedangkan penduduk Brasil sudah bergembira dengan kemenangan akibat gol yang dicetak Alves.
Menjelang pertandingan nanti malam, seperti yang sudah-sudah, kebanyakan orang Brasil menaruh harapan agar Argentina akan kesulitan melawan Belgia. Bahkan, lebih baik mereka terjegal posisinya. Jadi, bila Brasil mulus langkahnya, mereka tidak perlu berhadap-hadapan dengan Argentina di final.
Asalkan bukan Argentina. Mungkin seperti itu yang diinginkan sebagian warga di sini. Bukan karena mereka takut kalah, tapi lebih pada hanya tidak suka.
Nah, ini yang repot. Berbeda halnya dengan Dinas Pariwisata, mereka justru menginginkan Argentina bisa lolos ke final untuk bertanding melawan Brasil. Persis seperti harapan kebanyakan para penggila sepak bola dunia yang menyebutnya sebagai final ideal.
Tapi, bukan itu sebabnya. Penduduk Argentina yang bisa datang ke Maracana nanti hanya dengan bus dari negerinya akan banyak membawa uang ke negeri itu.
Hitung-hitungan mereka, tiga hari saja berada di Rio, puluhan ribu orang suporter Argentina membelanjakan uang sebesar US$ 1.000--untuk menginap, makan, minum, dan pesta--itu sudah mendatangkan banyak pemasukan. Nah.
IRFAN BUDIMAN (SAO PAOLO)