TEMPO.CO, Sao Paulo - "Saya adalah saya: percaya diri, arogan, dominan, jujur, pekerja keras, dan inovatif." Kalimat ini diucapkan Louis van Gaal untuk menerangkan siapa dirinya. Kejutan memang kerap dilakukan pelatih Belanda ini, termasuk ketika menghadapi Kosta Rika, Ahad pekan lalu.
Saat pertandingan memasuki menit ke-120, ia menarik kiper Jasper Cillessen dan menggantinya dengan Tim Krul. Hasilnya memang luar biasa: Krul menggagalkan dua eksekusi penalti dan membantu Belanda lolos ke semifinal.
Meski dipuji, taktik yang dimainkan Van Gaal sudah masuk kategori putus asa. Bintang seperti Arjen Robben, Dirk Kuyt, dan Robin van Persie tak mampu menembus pertahanan Kosta Rika sehingga membutuhkan tos-tosan untuk menang. Strategi seperti itu jelas takkan banyak berguna menghadapi raksasa semacam Argentina, lawan yang akan mereka hadapi pada babak semifinal di Arena de Sao Paulo, Sao Paulo, Kamis dinihari, 10 Juli 2014.
Bagi pelatih bernama lengkap Aloysius Paulus Maria van Gaal tersebut, ini adalah kesempatan kedua yang didapatkannya bersama Belanda. Pada 2000-2002, ia menjadi pelatih Belanda, tapi tak membuahkan hasil. Ditambah lagi, Belanda--yang berstatus finalis 2010 ketika dikalahkan Spanyol--memiliki memori yang bisa memacu semangat kembali lolos ke final Piala Dunia kali ini.
Pompa semangat juga dimiliki Argentina. Capaian semifinal kali ini sangat spesial. Sudah 24 tahun lamanya Albiceleste--julukan tim nasional Argentina--tidak merasakan beraksi di babak empat besar. Terakhir kali mereka merasakan suasana laga itu ketika kalah pada final 1990 di tangan Jerman.
Pelatih Alejandro Javier Sabella dikritik karena dianggap tak lagi memainkan strategi tim Tango yang sesungguhnya, yaitu bermain penuh semangat dan menyerang. Meski begitu, ia memiliki rekor apik: 39 kali bermain dengan hanya empat kali kalah bersama Argentina.
Di Brasil, Argentina memang tidak mengesankan--hingga lima pertandingan yang sudah dilakoni, mereka selalu menang dengan selisih satu gol, tak pernah lebih. Dan, yang paling kentara, sangat mengandalkan Lionel Messi.
Tugas utama kedua pelatih sama: meningkatkan kembali performa timnya setelah melempem di pertandingan terakhir. Dari materi pemain, keduanya sama kuat. Tapi Argentina tampil lebih konsisten dibanding Belanda, meski faktor kejutan Van Gaal bisa jadi kunci rahasia De Oranje.
REUTERS | FIFA | RAJU FEBRIAN