TEMPO.CO, Rio de Jainero - Akhirnya dinihari nanti, turnamen yang sudah berlangsung sejak bulan lalu ini mencapai pertandingan penghabisan. Puluhan ribu suporter Argentina sudah menyerbu Rio de Janeiro. Mereka akan memberikan dukungan habis-habisan untuk negerinya dalam pertandingan final melawan Jerman.
Tentu berbeda dengan warga Rio de Janeiro dan seluruh jagat Brasil yang hanya bisa puas setelah sampai semifinal dan menjalani laga para pecundang--kata Louis van Gaal di Brasilia dinihari tadi--melawan Belanda.
Walau berhasil menjadi pemenang dalam pertandingan itu, sejatinya mereka sudah kalah lahir dan batin. Apalagi, di semifinal, mereka hancur-lebur dihajar Jerman. "Semua tak menyangka akan kalah seperti ini," kata teman saya yang orang Brasil.
Tapi memang tidak ada pilihan buat mereka. Namanya juga tuan rumah, dan juga difavoritkan, mereka mendukung habis-habisan tim kesayangannya. Menang atau kalah, tetap saja tim nasional mereka, meski akhirnya mereka kembali gagal menjadi juara di rumah sendiri.
Senasib dengan orang Brasil adalah mereka yang tidak punya tim yang berlaga di kejuaraan empat tahunan ini. Alhasil, mereka pun hanya mampu mendukung tim-tim yang berlaga di sana.
Dan ketika harinya datang, saat timnya tersingkir, bagi mereka Piala Dunia pun sudah usai. Tak menarik lagi, kata mereka. Apalagi kalau kalah taruhan. Semua sudah berakhir tak tersisa.
Saya jadi ingat akan seorang Brasil. Namanya Domingo, umurnya sekitar 52 tahun. Dia adalah bekas pemain sepak bola yang kini sudah pensiun. Kariernya biasa saja, tidak menonjol.
Satu hal yang menarik dari Domingo adalah pandangannya terhadap Piala Dunia ini. Meski darah Brasil mengalir di tubuhnya dan memberikan dukungannya pada Selecao sepenuh hati, dia jauh dari sekadar membabi-buta.
Selain Brasil, dia tidak mempunyai tim unggulan. Sebab, baginya, Piala Dunia adalah pesta sepak bola yang harus dinikmati. "Saya akan menikmati semua pertandingan ini. Kalau saya sempat, saya akan menonton seluruh pertandingan yang ada. Karena ini adalah pesta sepak bola," katanya sambil mereguk bir langsung dari botolnya.
Ternyata dia benar. Pada saat ratusan juta penduduk Brasil lainnya bersedih dan merasa kehilangan semangat, Domingo masih tetap bersemangat menikmati hingga akhir pertandingan dalam kejuaraan ini.
Keputusan yang sepenuhnya benar. Hanya orang-orang seperti dia yang benar-benar gembira menyambut pertandingan akhir yang disebutnya sebagai puncak dari kehebatan dari tim-tim yang berlaga di Piala Dunia.
IRFAN BUDIMAN (RIO DE JAINERO)