Plus-Minus Permainan Jerman dan Argentina di Piala Dunia
Editor
Rini Kustiani
Minggu, 13 Juli 2014 16:18 WIB
TEMPO.CO, Malang - Pelatih tim nasional U-19, Indra Sjafri, mengatakan pertemuan Jerman dengan Argentina di babak final Piala Dunia merupakan akhir ideal yang mempertemukan Benua Eropa dan Benua Amerika. "Kedua negara sama-sama haus gelar juara setelah 20-an tahun nihil gelar juara," kata Indra Sjafri, Ahad, 13 Juli 2014.
Indra menjelaskan, langkah Jerman ke final begitu ringan setelah mengempaskan tuan rumah Brasil di semifinal dengan skor mencengangkan, 7-1. Sebaliknya, Argentina harus bersusah payah menyingkirkan Belanda dengan skor 4-2 lewat drama adu penalti yang menguras emosi.
Situasi ini memang bisa bersifat dilematis. Die Mannschaft dalam posisi berbahaya bila masih larut dalam euforia keberhasilan di semifinal. Sebaliknya, tim Tango dalam kewaspadaan penuh setelah mengalahkan Belanda. Ulangan final Piala Dunia Meksiko (1986) ini pasti memunculkan aksi-aksi berkualitas jika melihat statistik penampilan kedua tim sejak babak penyisihan.
Sjafri memberikan ulasan: Philipp Lahm dan kawan-kawan tidak terbendung sejak babak awal. Menghancurkan Portugal 4-1 merupakan penanda bahwa tim asuhan Joachim Loew ini merupakan tim yang sangat siap untuk turnamen. Praktis hanya Prancis yang mampu menyulitkan Der Panzer.
Argentina selalu meraih selisih gol tipis. Sebaliknya, Jerman begitu perkasa dengan mengoleksi 17 gol sepanjang turnamen. Bandingkan dengan Argentina yang hanya mengoleksi 7 gol.
Fakta yang lebih menarik, gol-gol Jerman dicetak oleh para pemain di semua lini. Tercatat ada delapan pemain Jerman yang mencetak gol. Bandingkan dengan Argentina yang cuma mengandalkan Lionel Messi, Angel di Maria, dan Gonzalo Higuain sebagai penggedor utama gawang lawan.
Data statistik lainnya juga menunjukkan keunggulan tim nasional Jerman. Jumlah tembakan, penguasaan bola, hingga akurasi umpan dikuasai oleh Jerman. "Kesimpulan sederhana dari fakta ini adalah pasukan Jerman jauh lebih variatif dalam melakukan taktik penyerangan," ujar Indra.
Modifikasi total football begitu fasih diterapkan oleh Jerman. Mereka begitu nyaman menyerang dari sayap atau dari tengah. Set piece pun menjadi senjata yang cukup mematikan. Jerman bermain dalam skema 4-3-3 yang sangat dinamis. Passing game masih menjadi salah satu andalan mereka dalam menyerang.
Variasi umpan pendek dan umpan medium menciptakan gelombang serangan yang cukup mematikan. Umpan-umpan lambung ke jantung pertahanan dijalankan dengan apik, bermodal pemain-pemain dengan postur dan penguasaan bola yang prima.
Sebagai tim yang begitu menyerang, ditandai dengan ball possession yang selalu lebih dari 55 persen, Jerman tidak lupa bertahan. Lini pertahanan Jerman yang dikawal Mats Hummels, Jerome Boatenng, Lahm, dan Benedikt Howedes menjadi yang tersolid sepanjang turnamen berlangsung.
Ditambah dengan tangguhnya penampilan Manuel Neuer di bawah mistar gawang memberikan rasa nyaman bagi rekan-rekannya untuk berusaha membobol gawang lawan.
Strategi menyerang tim asuhan Alenjandro Sabella yang mengandalkan kecepatan para pemain-pemainnya memang akan menghadirkan kesulitan bagi Jerman, terutama jika Di Maria bisa bermain dalam kondisi prima.
"Perpaduan Di Maria dan Messi akan memunculkan ancaman laten bagi gawang tim Jerman," ujar Indra, pelatih kelahiran Lubuk Nyiur, Batang Kapas, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, 2 Februari 1963, ini.
ABDI PURMONO
Topik terhangat:
Jokowi-Kalla | Prabowo-Hatta | Piala Dunia 2014 | Tragedi JIS
Berita terpopuler lainnya:
Begini Cara Ahok Berantas Premanisme
Dahlan Iskan Copot Komisaris Penggagas Obor Rakyat
Hati-hati Selfie Telanjang, Foto Tak Bisa Dihapus