TEMPO Interaktif, MORULENG -- Manajer Inggris Fabio Capello harus memarahi pemainnya pada saat jeda setelah babak pertama untuk meningkat ketajaman tim Inggris ketika melakukan uji coba melawan salah satu klub Afrika Selatan, Platinum Stars, Senin lalu.
Capello mungkin puas dengan hasil menang 3-0 yang berlangsung di dekat markas Inggris di Rustenburg. Tapi pelatih asal Italia itu cemas dengan penampilan para pemainnya sebelum mereka berhadapan dengan Amerika Serikat dalam rangkaian partai pembukaan Piala Dunia 2010 di Grup C pada Sabtu mendatang.
Capello memainkan kiper Joe Hart, Shaun Wright-Phillips sebagai gelandang sayap kanan, serta Jermain Defoe dan Peter Crouch sebagai penyerang di babak pertama. Namun pelatih itu frustrasi melihat anak-anak asuhannya hanya bisa unggul 1-0 pada awal permainan melalui tembakan Defoe.
Tim Inggris di babak pertama, tanpa penyerang Wayne Rooney, tampaknya yang akan diturunkan oleh Capello untuk menghadapi Amerika. Tapi, saat melawan Stars, mereka tampak lebih senior dalam hal usia dibandingkan dengan soal kemampuan mereka di atas lapangan. Inggris kesulitan mengendalikan ritme permainannya pada awal babak pertama. Stars hanya sial karena gagal memanfaatkan hadiah penalti untuk membobol gawang Hart.
Capello menurunkan Rooney di babak kedua, dan hal itu ikut mengubah penampilan Inggris menjadi lebih baik. Mereka juga tampak bermain lebih nyaman ketika kondisi di bawah matahari sudah berganti dengan cuaca malam yang dingin. Bintang Manchester United itu mencetak satu gol dan meningkatkan permainan rekan-rekannya dengan ciri khasnya, yaitu tampil bersemangat.
Gelandang Joe Cole yang suka beroperasi dari sayap adalah satu-satunya pemain Inggris yang bermain selama 90 menit dalam partai uji coba itu. Pemain Chelsea itu pun mencetak satu gol lainnya.
"Jujur saja, Manajer tidak senang dengan penampilan kami di babak pertama," kata Defoe, penyerang Tottenham Hotspur yang membobol gawang Stars dari jarak dekat ketika pertandingan baru berlangsung dua menit.
"Ia bilang kami seharusnya bisa lebih banyak menekan mereka. Tapi itu sulit karena kondisi. Kami sedikit lebih baik di babak kedua. Kami menekan mereka sedikit lebih sering, tapi kemudian kami mampu memperbaikinya," Defoe melanjutkan. Penyerang berkulit hitam itu memang mengakui, faktor altitude atau ketinggian di Afrika masih menjadi masalah buat Inggris.
Meski Capello harus marah-marah, Defoe mengatakan mereka tidak bermasalah. "Manajer punya karakter yang hebat dan semua yang ia inginkan adalah kemenangan. Ia membakar semangat Anda sebelum pertandingan. Dan, ia benar. Ia ingin kami terus meningkatkan tekanan serta memenangkan perebutan bola, dan ia ingin kami bermain 100 persen. Itu sama dengan yang kami lakukan dalam latihan," kata Defoe.
Namun Defoe mengakui bahwa mereka memang tampil sangat berhati-hati dalam uji coba terakhir Inggris ini sebelum berlaga di Piala Dunia. "Tentu saja dalam satu pertandingan persahabatan, Anda tidak mau mengalami cedera. Itu juga dilakukan tim lain," kata mesin gol Tottenham ini.
Bek tengah
Capello membuat 10 pergantian pemain memasuki babak kedua, termasuk memasukkan bek tengah Tottenham Hotspur, Michael Dawson, yang masuk kembali ke skuad inti setelah Rio Ferdinand mengalami cedera dan tak bisa main. Dawson, 26 tahun, tiba di Afrika Selatan, Sabtu lalu. Dua pemain lainnya dalam skuad Capello yang biasa bermain sebagai poros halang adalah kapten Chelsea, John Terry, dan rekan satu tim Dawson, Ledley King.
Defoe memuji penampilan Dawson. "Semua rekan-rekan di bangku cadangan membicarakan penampilannya di babak kedua. Ia agresif dan andal di udara. Ia penuh bakat."
Suasana semakin meriah ketika pertandingan uji coba itu memasuki waktu sore. Ratusan penonton meniupkan terompet khas Afrika, vuvuzelas, yang memekakkan telinga. Latar pemandangan di tempat pertandingan juga indah dengan tanah merah yang luas, rumput sabana, dan gunung dari kejauhan. | REUTERS | LOS ANGELES TIME | PRASETYO