Tembakan tak terlalu deras Clint Dempsey dari luar kotak penalti tepat mengarah tubuh penjaga gawang klub West Ham United itu. Tapi ia malah membiarkan bola terlepas dari tangannya.
Itu menjadi gol satu-satunya bagi Amerika Serikat, yang bermain imbang 1-1 melawan Inggris dalam babak penyisihan Grup C. Di Inggris, Green dicemooh dan dicela. Ia pun mengakui kesalahannya dan meminta maaf.
Tugas penjaga gawang terbilang berat. Ia harus berkonsentrasi penuh. Tapi jika bisa menahan laju bola, ia dianggap sebagai malaikat penyelamat. Apalagi bila aksi itu dilakukan saat terjadi tendangan penalti.
Hitungan waktu dalam tendangan penalti menjadi sangat krusial, bagi kiper maupun si penendang bola. Angkanya hingga satuan milidetik. Laju bola dari titik penalti ke gawang bisa mencapai 22 meter per detik.
Artinya, dengan jarak antara titik putih dan gawang hanya 11 meter, bola akan berada di udara selama 0,55 detik. Tak ada waktu bagi kiper untuk menahan bola bila terlambat bergerak. Ia harus melangkah sebelum bola ditendang.
Bagi seorang penjaga gawang, ada tiga pilihan keputusan yang bisa diambil untuk menahan derasnya laju bola ke arah gawang, yakni melompat ke kanan, ke kiri, atau tetap pada posisi di tengah.
Sebuah penelitian yang dilakukan Michael Bar-Eli di Ben-Gurion University menghasilkan kesimpulan menarik. Ia menganalisis 286 rekaman tendangan penalti dari liga profesional di Eropa, Amerika Latin, maupun Piala Dunia.
Bar-Eli membagi wilayah gawang menjadi vertikal (atas, tengah, dan bawah) dan horizontal (kanan, tengah, dan kiri). Ia memberi kode pergerakan kiper menjadi lompat ke kanan, kiri, atau tetap di tengah. Juga dilihat tingkat keberhasilan kiper dalam menahan bola.
Menggunakan metode statistik sederhana, ia membandingkan keberhasilan kiper dalam menahan bola berdasarkan pergerakannya dan di mana bola ditempatkan oleh si penendang.
Dalam kesimpulannya, Bar-Eli mengatakan 80 persen tendangan penalti berhasil merobek jala lawan. Setengah dari tendangan itu bola ditempatkan di bagian bawah gawang. Hanya 13 persen yang ditempatkan di bagian atas.
Lebih jauh, Bar-Eli mengemukakan bahwa para eksekutor tendangan penalti cenderung menempatkan bola di sebelah kanan kiper. Angkanya bisa mencapai 40 persen. Sebaliknya, hanya sedikit yang berani menempatkan bola di bagian atas. Sebab, risikonya adalah bola melambung jauh di atas mistar gawang.
Dari sisi penjaga gawang, kebanyakan dari mereka akan bergerak ke arah kanan dan kiri. Persentasenya mencapai 94 persen. Jarang dari mereka yang diam di tengah. Padahal dalam menebak arah bola, tingkat keberhasilannya hanya 40 persen.
Meskipun para penjaga gawang ini sudah tepat dalam mengantisipasi arah bola, hanya 25-30 persen yang sukses menghalau bola.
Yang menarik, Bar-Eli menegaskan bahwa ketika penjaga gawang tetap berada di tengah, tingkat keberhasilan menahan bola mencapai 60 persen. Faktanya, 30 persen tendangan penalti mengarah ke tengah. Ini membuat peluang kiper menggagalkan tendangan penalti naik dari 13 menjadi 33 persen.
Jadi, strategi paling tepat bagi penjaga gawang adalah tetap berada di tengah saat menghadapi tendangan penalti. Sebab, persentase keberhasilan untuk menahan bola lebih tinggi ketimbang bergerak ke arah kanan atau kiri.
Dengan catatan, si kiper tidak melakukan blunder seperti yang dilakukan Green ketika menghadapi tim Amerika Serikat.
NEWSOBSERVER | SCIENCEOFSOCCER | FIRMAN ATMAKUSUMA