Seusai hasil imbang 0-0 yang diraih timnya dalam laga melawa Portugal di Port Elizabeth, Selasa (15/6), Eriksson menjawab pertanyaan wartawan tentang perbedaan antara pekerjaannya saat ini dengan kiprahnya sebagai pelatih Inggris.
“Keduanya kurang lebih sama karena kedua tim sama-sama sarat dengan pemain top, bintang-bintang besar,” jawab Eriksson. “Satu-satunya perbedaan adalah mereka (para pemain Pantai Gading) selalu tersenyum sepanjang hari, dalam bis, saat latihan, di restoran. Mereka sangat senang. Saya tak percaya mereka pernah punya masalah di masa lalu. Mereka lebih hidup dibanding tim-tim Eropa yang saya kenal.”
“Tapi, Mereka tetap merasakan tekanan karena saya pikir para fans senang setelah (kegagalan di) Piala Afrika. Mereka punya banyak nama besar yang membuat tuntutan itu muncul.
“Itu sudah sifat alami dan mentalitas mereka, tapi saya merasakan kesenangan setiap hari. Mereka terlihat lebih bergembira daripada tim-tim Eropa.”
Eriksson kemudian memberikan pendapatnya tentang vuvuzela yang mendapat kritikan dari banyak pihak.
“Meski pun suasananya tenang, suara kita (pelatih) tetap akan sulit didengar. Kita harus menarik pemain ke pinggir lapangan untuk menyampaikan pesan. Suasanan ini memang sulit, tapi ini seperti atmosfer pesta dan itu lebih penting dibanding apakah seorang pelatih bisa menyampaikan pesannya kepada para pemain.”
DAILYMAIL | A. RIJAL