Sebagai pemain di klub Inggris, Hull City, Altidore yang berusaha bertahan di Liga Utama, ia sulit konsentrasi. Ia dihantui pertanyaan, bagaimana nasib para korban gempa? Bagaimana nasib para anak-anak yang ditinggal orang tuanya?
Melihat Altidore sulit konsentrasi akibat gempa, pelatih Hull Phil Brown memberinya libur dua minggu. Ia berencana pergi ke Haiti dan mencari keluarganya yang hilang, namun ia batalkan. Ia merasa perlu membantu Hull dan fokus di bola untuk mendapat tempat di tim nasional Amerika Serikat.
“Saya sangat merasa depresi, tertekan saat itu,” kata Altidore. “Bahkan ketika saya bermain bola, pikiran saya sulit konsentrasi, sebagai pemain yang bermain di liga terbesar dunia dengan klub yang berusaha keluar dari degradasi, kehadiran saya sebagai pemain dibutuhkan,” ujar pemain 20 tahun ini.
Pada 2008 Altidore dibeli oleh klub liga Spanyol Villareal dari klub liga Amerika New York Red Bulls dengan nilai transfer $US10 juta. Pada Agustus 2009 ia dipinjamkan ke Hull City dengan harga $US11 juta.
Dia diharapkan bisa membantu the Tigers meraih sukses di liga utama Inggris. Namun , Altidore kurang dibantu dan sulit konsentrasi, ia hanya bisa membuat dua gol, satu di liga dan satu lagi di piala liga. Dia juga absen di dua laga terakhir setelah kepalanya dihantam bola saat pemain Sunderland Alan Hutton melakukan lemparan ke dalam.
Altidore anak dari pasangan Joseph dan Giselle. Orang tua Altidore merantau ke Amerika Serikat 35 tahun lalu. Dengan modal $US300 di kantong Giselle dan $US500 di celana Joseph. Pada kala itu, Joseph menjadi Insinyur dan Gissel bekerja sebagai perawat. Mereka pun bisa bertahan hidup hingga punya empat anak dan saat ini menetap di Boca Raton, Florida.
Bagi keluarga Altidore, Haiti tidak pernah jauh. Gissele dan Joseph masih memiliki adik dan kakak di sana. Kerap kali mereka mengunjungi sanak keluarga mereka di Haiti. “Di sana kami biasanya tinggal hingga 3 minggu,” kata Altidore.
Meski lahir di New Jersey dan menghabiskan seluruh hidupnya di Amerika Serikat, hubungan batin Altidore dengan Haiti sangat kuat, dia bahkan terpikir untuk bermain di sana. “Tapi itu perlu waktu, karena sebuah keputusan besar, semua keluarga saya berpaspor Amerika,” katanya.
Untuk menunjukkan cintanya dengan Haiti, tiap pertandingan Altidore mengenakan dua gelang berbendara Haiti dan Amerika Serikat. “Saya berusaha imbang untuk mencintai dua negara itu,” katanya
Dalam Piala Dunia, Altidore bertekad tampil sebaik mungkin. Baginya Afrika Selatan kunci bagi masa depannya, meski sudah aman di Villarreal, ia berharap bisa pindah ke klub lain dengan nilai transfer yang tinggi. Selain itu, ia ingin menarik perhatian dunia agar peduli dengan Haiti.
“Pesan saya hanya satu, bayangkan bila anak kalian, 5,6, atau 7 tahun hidup di jalanan,” katanya. “Saat ini itu yang saya pikirkan setiap hari dan saya sangat bahagia bila memiliki kesempatan membantu mereka,” ujar Altidore.
AP I POERNOMO G RIDHO