Berburu Batik di Johannesburg

Reporter

Editor

Sabtu, 19 Juni 2010 13:05 WIB

Zenani Mandela bersama Nelson Mandela dan saudaranya pada 17 Agustus 2009. AP/Debbie Yazbek
TEMPO Interaktif, Johannesburg - Di Johannesburg, poster raksasa bergambar Nelson Mandela bertebaran di mana-mana, terutama untuk mendukung pelaksanaan Piala Dunia. Di poster itu, foto sang pejuang apartheid nyaris selalu sama: mengenakan batik.

Batik memang sudah lama dikenal di Afrika Selatan dan kerap disebut sebagai Madiba Shirt. Madiba adalah nama panggilan Mandela.

Di sela kesibukan mengikuti pertandingan Piala Dunia 2010, saya pun memutuskan untuk menyusuri keberadaan pakaian khas Indonesia itu di Johannesburg. Hasilnya ternyata menggembirakan sekaligus menyedihkan.

Berdasarkan bisikan dari beberapa orang Indonesia yang tinggal di Afrika Selatan, saya pun datang ke daerah Sandton. Di pusat perbelanjaan Village Walk, salah satu tempat belanja kaum elite di Johannesburg, saya pun menemukan Toko Gillani di lantai satu.

Di pojok toko yang menjual berbagai macam busana itu terlihat batik dipajang. Dari dalam, baju batik tak terlalu kelihatan karena diletakkan di pojok. Tapi dari luar kaca toko, pajangan batik itu malah terlihat jelas.

Nditshenu Masethe, pelayan berkulit hitam di toko itu, menerangkan bahwa pada hari biasa batik rata-rata hanya laku satu potong dalam lima hari. "Tapi selama Piala Dunia, pada hari yang baik, kami bisa menjual lima potong dalam sehari," katanya.
Saat dia menunjukkan koleksi batik toko itu, saya pun terbelalak melihat label harganya: 700 rand (Rp 840 ribu). Yang lainnya bahkan ada yang berharga 800 rand.

Saya juga kemudian bisa bertemu dengan pemilik toko itu, Irfan Gillan, di toko lain di pusat pertokoan Morningside. Lelaki muslim itu mengaku memiliki tiga toko yang semuanya terletak di daerah Sandton. Di ketiga tokonya ia pun menjual batik.
"Di sini batik cukup terkenal. Orang mengenakan batik untuk kegiatan-kegiatan khusus, seperti jamuan makan malam atau dansa," katanya. Ia menyebutkan, para pembelinya tak hanya datang dari Afrika Selatan. "Pembeli dari Afrika bagian barat responsnya sangat bagus."

Irfan mengaku mendapatkan barang dari Ali Hasan, Wakil Direktur Indonesia Trade Promotion Center (ITPC), yang kebetulan berkantor di Village Walk.

Saat ditemui, Ali Hasan membenarkan sudah ikut membantu menghubungkan peminat batik dengan pemasok dari Indonesia. "Perkembangannya lumayan bagus. Dua tahun lalu jumlahnya baru 200 potong per tahun, tapi kini sudah mencapai 500 potong per tahun," katanya.

Meski populer, penyebaran batik memang masih seret di Afrika Selatan. Menurut Ali, hal itu tak lepas dari harganya yang mahal. Meski dari pedagang Indonesia hanya dibeli 100 rand, di Johannesburg batik rata-rata dijual 700 rand. Di beberapa toko bahkan ada yang harganya sampai 3.000 rand. "Harga <I>segitu<I> jelas tak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat sini," katanya.

Batik yang identik dengan pakaian Mandela justru menjadi kendala tersendiri. "Banyak yang sungkan memakainya karena menganggap baju itu merupakan ciri khas Mandela yang dihormati semua orang negeri ini," katanya.

Menurut Direktur ITPC Wawan Sudarmawan, problem utama pemasaran batik di Afrika Selatan adalah barang itu diproduksi tidak ditujukan untuk dipasarkan di sana. Sejauh ini belum pernah ada peragaan busana batik digelar di sana. "Dari segi ukuran, batik juga sering kekecilan untuk orang sini," katanya.

Afrika Selatan, kata dia, umumnya menerapkan standar tinggi untuk barang yang didatangkan dari luar negeri. Batik justru belum memenuhi itu. Batik-batik yang masuk belum ada yang menyertakan label yang menjelaskan jenis kain dan cara pencucian yang biasanya selalu terdapat pada baju-baju mahal.

"Dari segi motif, orang sini juga menginginkan yang tak terlalu rumit. Mungkin menyesuaikan dengan batik setempat yang kebanyakan hanya berupa garis-garis," katanya.

Mandela, Soeharto, dan Batik

Batik pertama kali dikenal Nelson Mandela di Bogor saat ia menghadiri Konferensi Asia-Pacific Economic Cooperation pada 1994 atau pada tahun pertamanya sebagai presiden. Sekali merasakan, ia tampaknya langsung kepincut.

Maka, pada kunjungan keduanya ke Indonesia (1997), Presiden Soeharto pun sempat dibuat terhenyak. Ia menyambut Mandela dengan berjas lengkap, sedangkan Mandela justru mengenakan batik.

Batik kemudian memang seperti tak pernah lepas dari lelaki berusia 92 tahun itu. Kabarnya, sebagian besar kemeja batik yang dikenakannya merupakan rancangan Iwan Tirta.

Warga Afrika Selatan menyebut batik dengan sebutan Madiba Shirt, merujuk pada nama panggilan tokoh pejuang apartheid itu. Menjadi ciri khas Mandela justru menjadi hambatan tersendiri bagi perkembangan batik. Banyak orang sungkan mengenakannya karena menganggap pakaian itu sebagai salah satu lambang kenegaraan.

Nurdin Saleh (Johannesburg)

Berita terkait

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.

Baca Selengkapnya

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.

Baca Selengkapnya

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.

Baca Selengkapnya

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.

Baca Selengkapnya

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.

Baca Selengkapnya

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.

Baca Selengkapnya

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.

Baca Selengkapnya

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.

Baca Selengkapnya