Jogo Bonito ala Dunga  

Reporter

Editor

Senin, 21 Juni 2010 08:15 WIB

Dunga. AP/Marcio Jose Sanchez
TEMPO Interaktif, Jakarta - CUKUP. Tak perlu berdebat tentang Dunga yang dituduh membunuh Jogo Bonito. Dua kata dalam bahasa Brasil-Portugis--yang artinya bermain indah --itu sejak lahir sudah bermasalah. Valdir Pereira, pemain sepak bola Brasil, mengaku membuat istilah itu. Presenter Stuart Hall mengklaim menciptakannya pada 1958. Dunga, pelatih tim Brasil, hanyalah seorang korban.

Carlos Caetano Bledorn Verri alias Dunga muncul di puncak kemarahan publik Brasil. Itu bermula dari Piala Dunia 2006 di Jerman. Ronaldo, Kaka, Adriano, dan Ronaldinho disingkirkan Prancis 0-1. Juara bertahan tumbang. Sumpah serapah melimpah-ruah ke alamat Selecao--julukan tim Brasil. Pelatih Carlos Alberto Pereira langsung dipecat--sekarang melatih Afrika Selatan. Dunga naik pentas.

Pada mulanya pelatih kelahiran Rio Grande, Brasil, berusia 46 tahun, itu repot menghadapi sikap skeptis rakyat. Walaupun ia bermain di tim nasional pada 1982-1998 dan ikut memenangi Piala Dunia, ia dikritik lantaran pengalamannya sebagai pelatih nol besar.

Kecaman semakin bertubi-tubi ketika ia membongkar habis tim nasional. Ronaldinho dan Adriano ia ganti dengan Maicon, Lucio, Dani Alves, Felipe Melo, dan Luis Fabiano, angkatan muda yang bermain di seantero dunia. Dengan sekitar 1.100 pemain di klub beken sejagat, tak sulit bagi Dunga membentuk tim hebat.

Agak berlebihan menyebut Dunga mematikan Jogo Bonito. Ia sesungguhnya membuat tim tak hanya asyik "memasak" bola dan berputar-putar menghabiskan waktu. Dunga memberi fokus pada Selecao: cetak gol. Aksi oper-operan pendek dan tik-tak sentuhan satu-dua kali--yang merupakan ciri Brasil--tetap ia pertahankan. Jadi sesungguhnya ia hanya menambah efisien Jogo Bonito dan karena itu terasa lebih "kurang bumbu". Barangkali "bumbu" itulah penyedap sepak bola Brasil selama ini.

Dengan Jogo Bonito ala Dunga itulah tim Brasil memenangi Copa Amerika pada 2007 dengan mengalahkan musuh bebuyutan, Argentina. Tapi setahun kemudian, Dunga kembali dilanda badai kritik. Tiga kali bermain di kandang, Selecao tak mampu mencetak satu gol pun!

Pelatih yang pernah bermain di sembilan klub berbeda selama 20 tahun karier sepak bolanya itu terus mematangkan resep efisiensinya. Hasilnya, Brasil lolos ke Afrika Selatan dengan meraih peringkat pertama Amerika Selatan (Conmebol)--di atas Cile, Paraguay, Argentina, dan Uruguay. Pelan tapi pasti, kecintaan rakyat Brasil kembali bersemi kepada tim asuhan Dunga itu.

Sepak bola Brasil memang kembali semarak. Pertumbuhan ekonomi Brasil, yang rata-rata 4-5 persen, membuat klub punya duit lagi untuk belanja pemain. Ini bukan lagi periode "merana" klub lokal ketika pemain yang mencetak gol wajib berlari menghampiri papan reklame produk yang mengontraknya--agar produk itu tampil di televisi. Sekarang banyak pemain Brasil di Eropa pulang kandang. Roberto Carlos merupakan salah satunya. Robinho, yang lama berkelana di Eropa, pun kembali main di Santos, dengan status pinjaman, dan menerima bayaran US$ 90 ribu sepekan alias hampir Rp 2 miliar sebulan--meski sebagian masih ditanggung Manchester City (Inggris).

Ekonomi Brasil ditaksir akan semakin menjulang ketika negeri itu menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2016, meskipun banyak yang cemas dengan pengeluaran besar dua ajang raksasa itu.

Di Afrika Selatan, akankah Dunga membawa Selecao menjuarai Piala Dunia untuk keenam kalinya? Dengan bola seliar Jabulani, diwarnai banyak kejutan membingungkan, hanya peramal ngawur yang masih berani menebak.*** Toriq Hadad



Berita terkait

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.

Baca Selengkapnya

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.

Baca Selengkapnya

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.

Baca Selengkapnya

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.

Baca Selengkapnya

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.

Baca Selengkapnya

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.

Baca Selengkapnya

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.

Baca Selengkapnya

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.

Baca Selengkapnya