Pengusaha Indonesia Merambah Afrika Selatan

Reporter

Editor

Senin, 21 Juni 2010 08:22 WIB

TEMPO Interaktif, Di antara 150 warga Indonesia di Afrika Selatan, ada tiga pengusaha Indonesia yang tengah berusaha menancapkan kaki. Mereka harus bersusah payah mencari celah dan selalu waspada terhadap intrik licik.

Alex Alamsyah, salah seorang pengusaha itu, sudah tinggal di Negara Pelangi tersebut sejak 2006. Pria kelahiran Padang 29 tahun lalu itu terus berusaha memasarkan berbagai barang produk Indonesia di Afrika selatan. "Tapi yang menjanjikan baru dua," katanya seraya menyebut rokok kretek produk Jawa Timur serta mi instan keluaran pabrik terkemuka di Indonesia.

Pria yang tengah menunggu kelahiran bayi pertamanya itu mengatakan, semula ia bekerja sebagai distributor salah satu produk rokok di Singapura. Kemudian ia ditawari membuka pasar di Afrika Selatan, yang langsung ia terima.

Selama setahun ia habiskan untuk membangun jaringan di Johannesburg, tempatnya kini tinggal bersama istrinya. Agar mudah, ia bekerja sama dengan agen-agen lokal. "Kini saya bisa memasok 100 slop rokok per bulan," katanya. Rokok kretek di negara ini diperlakukan seperti cerutu. "Peminatnya adalah kalangan atas. Dipasarkannya di mal-mal."

Belakangan, sejak 2008, ia juga mulai memasukkan mi instan. Sambutan masyarakat setempat justru lebih bagus. "Saya langsung menyebarkan barang ke kampung-kampung," katanya.

Terkadang ia harus nekat mendatangi langsung daerah-daerah rawan di Johannesburg guna mempromosikan produknya. Hasilnya, "Kini saya sudah bisa memasok 1.600 dus per bulan," kata Alex.

Salah satu tuntutan melakukan bisnis di negara ini adalah kehati-hatian. Alex tak pernah mau mengirim barang sebelum pembeli mentransfer uang. Toh, pada 2007 ia pernah tertipu 15 ribu rand. Meski pembeli sempat mentransfer uang, ternyata saat barang dikirim uang itu ditarik lagi. Lewat proses panjang, bank yang bersangkutan akhirnya mau memberikan ganti rugi.

Kini Alex terus berusaha memasarkan berbagai produk makanan dan minuman baru dari Indonesia. Tapi diakuinya tak mudah karena ia harus bergerak dari awal untuk mengenalkan produk itu kepada masyarakat setempat. "Butuh waktu dan biaya," katanya.

Untuk mendatangkan barang ke Afrika selatan, Alex kerap menggunakan jasa pengapalan PT Lautan Ashanda Lima milik Sariat Arifia, yang bermitra dengan perusahaan Afrika Selatan, New South Africa Shipping.

Sariat juga merupakan pengusaha asal Indonesia yang kini bermukim di Johannesburg. Pria asal Jakarta itu sudah menggarap pasar Afrika Selatan sejak 2004. Ia memutuskan berdiam di negara itu sejak dua tahun lalu. "Saat itu Indonesia lagi krisis dan banyak sekali ribut-ribut. Daripada pusing saya pilih ke sini," katanya.

Ia sempat mengalami masa sulit. "Tahun 2004-2006 sangat sulit. Kondisi 2007 seperti batuk-batuk, tapi sejak 2008 ke sini pertumbuhannya cukup bagus," kata lelaki berusia 35 tahun itu. "Kini saya bisa mengapalkan 1.000 kontainer setahun."

Kini Ia juga mulai mengikuti jejak Alex untuk memasarkan produk-produk makanan tahan lama asal Indonesia. Jumlah barang yang ia datangkan mencapai 70 <I>item<I>, termasuk bumbu siap saji, kerupuk, sambal, bahkan ikan asin.

Sariat, yang juga jadi pionir pengembangan silat di Afrika Selatan, juga tengah berencana membangun restoran khas Asia, yang di dalamnya menyertakan makanan khas Indonesia. Ia akan bekerja sama dengan Dirk Greeff, warga asli yang merupakan distributor bahan kebutuhan konsumsi yang didatangkan dari Asia.

Saat ditemui, Greeff mengakui, sejak dibukanya <I>channel<I> khusus soal kuliner oleh BBC, minat masyarakat Afrika Selatan terhadap makanan khas Asia meningkat tajam. Saat ini pun sudah banyak berdiri rumah makan atau restoran khas Cina dan Thailand di Afrika Selatan. Tapi ia optimistis restoran yang akan didirikannya nanti bisa menembus kalangan menengah atas.

Selain Alex dan Sariat, masih ada satu pengusaha asal Indonesia yang beroperasi di Pretoria. Henriko, yang berayah asal Afrika Selatan, bergerak di bidang pemindahan barang.

Nurdin Saleh (Johannesburg)

Pasar Potensial yang Belum Dilirik

Afrika Selatan belum dianggap sebagai pasar potensial oleh para pengusaha Indonesia. Ketika pesanan sudah datang pun, banyak pengusaha dari Indonesia yang ogah-ogahan memenuhinya.

"Banyak pengusaha Indonesia yang menganggap Afrika selatan masih belantara. Padahal negara ini sudah lebih maju dari Indonesia," kata Wawan Sudarmawan, Direktur Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), di Johannesburg. "Di sini infrastrukturnya bagus dan tingkat kehidupan masyarakat hampir sama dengan Eropa."

Selain soal persepsi keliru itu, kurangnya minat pengusaha juga disebabkan tingginya tingkat kriminalitas di negara tersebut. Berdasarkan statistik, rata-rata terjadi 50 kasus pembunuhan setiap hari.

Wawan mengatakan, pihaknya masih harus bekerja keras membantu memasarkan produk Tanah Air karena nama Indonesia belum banyak dikenal warga Afrika Selatan. Langkah yang ditempuh antara lain dengan gencar melakukan promosi dalam pameran-pameran.

Indonesia sudah mampu melakukan ekspor ke Afrika Selatan. Pada 2009 nilainya mencapai US$ 692 juta, termasuk dari produk nonmigas, seperti karet, minyak goreng, kertas, sepatu, dan kendaraan bermotor.

Jumlah itu turun 22 persen dari tahun sebelumnya karena adanya krisis global. "Tapi tahun 2010 saya perkirakan akan kembali naik, paling tidak menyamai nilai tahun 2008 karena kondisi ekonomi global sudah membaik," kata Wawan.

Produk Indonesia yang dianggap potensial untuk dipasarkan di Afrika Selatan antara lain furnitur dan bahan makanan.

Berita terkait

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.

Baca Selengkapnya

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.

Baca Selengkapnya

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.

Baca Selengkapnya

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.

Baca Selengkapnya

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.

Baca Selengkapnya

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.

Baca Selengkapnya

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.

Baca Selengkapnya

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.

Baca Selengkapnya