Pendapat para pengamat bukan tanpa dasar. Mereka menyerang Kim setelah manajer Korut, Kim Jong-hun mengaku jika pemimpinnya “kerap memberikan saran taktik ketika timnya sedang berjalan dengan menggunakan telepon seluler yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang”. Huh menambahkan gadget moderen tersebut justru diciptakan oleh sang pemimpin sendiri.
“Melihat cara rejim Korea Utara bekerja, seorang pelatih sepak bola tidak bisa seketika mengemukakan nama Kim Jong-il dan berbicara sesuka hatinya,” kata seorang pejabat Korea Selatan, Rabu (23/6).
“Peran telepon seluler yang tidak terlihat mungkin menggelikan, namun ini mungkin betul Kim memerintahkan pelatihnya,” tegas pejabat Korsel tersebut.
Sebuah sumber yang mengetahui gaya permainan yang biasa diterapkan Hun mengatakan ketika timnya bertarung dengan Portugal, mereka tidak bermain sesuai taktik yang diinginkannya. Itu lantaran permintaan pemimpinnya dan mendapat tekanan dari seseorang di luar sana. “Kim-Jung-hun, mantan bek yang terbiasa menerapkan strategi bertahan. Namun Korut justru bermain dengan gaya menyerang,” jelas sumber tersebut.
Kim Yong-hyun, profesor di Dongguk Univesity mengatakan Kim Jong-il jelas mempunyai peran tak kecil ketika timnya tampil di Afsel. “Kepemimpinan di Korut tampaknya menginginkan untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya dan mencari cara untuk mencapai kemenangan di Piala Dunia di mana negara itu sedang bertarung dengan masalah ekonomi dan diplomatik,” kata Hyun.
“Keberanian para pemain Korut ketika meladeni permainan Brasil pada 16 Juni mengangkat rintangan bagi tim dan menanamkan harapan bagi penduduk di sana,” tegas salah seorang pejabat Korsel lainnya.
Suasana di Korut setelah tim kesayangannya dipermalukan Portugal hening. “Kami telah mengkontak Korut, dan mereka mengatakan bahwa mereka merasa terpukul dan kecewa. Ada orang-orang yang mengatakan begitu kecewa bahwa kejadian itu tidak nyata dan mereka tidak akan pernahbisa memaafkan para pemain atas kekalahan tersebut,” ujar Kim Sung-min, kepala stasiun radio Free North Korea.
THE CHOSUN ILBO | BAGUS WIJANARKO