TEMPO Interaktif, Gol Frank Lampard ke gawang tim Jerman yang dianulir wasit Jorge Larrionda pada menit ke-38 menjadi momen paling kontroversial Piala Dunia 2010 yang tak akan terlupakan. Melalui tayangan ulang, terlihat jelas bahwa bola telah melewati garis gawang, bahkan masuk sekitar 20 sentimeter.
Wasit dan hakim garis Mauricio Espinosa--keduanya dari Uruguay--mungkin tak melihat dengan jelas kejadian itu. Posisi mereka pun tak memungkinkan untuk mengambil keputusan dengan tepat. Sebab, bola melesat begitu cepat.
Secara logika, bila bola membentur mistar gawang dan jatuh di belakang garis gawang, bola akan memantul masuk ke gawang mengenai jaring bagian atas. Sebab, sudut pantulan akan sama dengan sudut ketika bola datang. Dan, seharusnya gol pun terjadi.
Tapi bola tembakan Lampard itu memantul kembali ke mistar gawang sebelum disambar kiper Manuel Neuer, yang membuangnya jauh ke tengah lapangan. Permainan pun dilanjutkan tanpa tercipta gol yang seharusnya membuat kedudukan menjadi 2-2.
Jika memakai logika di atas, wasit tak salah bila mengira bola jatuh di luar garis gawang sehingga tidak terjadi gol. Sebab, bola jelas tidak mengarah ke dalam gawang, malah sebaliknya ke luar gawang.
Tapi, masalahnya, bola tersebut kembali membentur mistar gawang. Artinya, bila bola jatuh tepat di garis gawang atau di luar, bola tidak akan kembali membentur mistar gawang. Ini yang terjadi saat pertandingan final Piala Dunia 1966 antara Inggris dan Jerman.
Ketika itu, bola tembakan Geoff Hurst ke gawang Jerman juga membentur mistar gawang. Bedanya, bola langsung memantul ke luar dan tidak mengenai mistar gawang untuk kedua kalinya.
Dalam tayangan video jelas terlihat bola jatuh sedikit di luar garis gawang. Namun hakim garis asal Azerbaijan, Tofik Bakhramov, menyatakan bola sudah masuk ke gawang dan gol untuk Inggris.
Untuk kasus gol Lampard, wasit rupanya lupa bahwa ada efek back spin atau putaran ke belakang yang membuat bola memantul kembali mengenai mistar gawang. Sebab, dilihat dari hukum fisika, bola tidak akan memantul untuk kedua kalinya ke mistar gawang jika bola berada di luar garis gawang.
Ada tiga kemungkinan jalur yang ditempuh bola ketika membentur mistar gawang. Pertama, bila bola membentur mistar gawang tepat di bagian tengah, bola akan memantul kembali ke lapangan permainan dan menjauh dari gawang.
Kedua, bila bola membentur mistar gawang pada setengah bagian bawah bola, bola akan memantul ke atas. Jika tepat setengah bagian bawah yang terbentur, bola akan melambung ke atas secara vertikal.
Ketiga, bila bola membentur mistar gawang pada setengah bagian atas bola, bola akan memantul ke tanah. Jika tepat setengah bola bagian atas yang terbentur, bola akan langsung menghantam garis gawang seperti yang terjadi dalam kasus tembakan Hurst.
Untuk bola tendangan Lampard, kasusnya masuk kemungkinan ketiga. Bedanya, bola Lampard itu sudah melewati garis gawang. Pertanyaannya, mengapa bola tersebut bisa kembali memantul ke mistar gawang?
Yang terjadi adalah ketika bola mengenai mistar gawang bukan tepat setengah bola bagian atas yang terbentur. Akibatnya, bola meluncur ke dalam gawang. Dan, ketika bola membentur mistar gawang, kecepatan berputar bola bagian atas akan lebih lamban dibandingkan dengan bagian bawah. Inilah yang menyebabkan bola berputar ke belakang atau terjadi efek back spin.
Ketika bola jatuh ke tanah, efek berputar ke belakang ini akan tetap ada, yang menyebabkan bola memantul kembali menjauhi gawang, bukan sebaliknya. Semakin keras bola membentur mistar gawang, semakin besar efek berputar ke belakang. Bola pun akan memantul menjauhi gawang.
Andai saja wasit dalam dua pertandingan itu memahami adanya fenomena efek bola berputar ke belakang atau back spin, maka keputusan yang diambil tidak akan keliru. Tapi keputusan sudah dibuat dan masing-masing tim dalam waktu yang berbeda dirugikan oleh keputusan itu. Dan, skor kerugian adalah 1-1 untuk Inggris dan Jerman.
l SOCCERBALLWORLD | DAILYSCIENCE | FIRMAN ATMAKUSUMA