Ghana dan Kutukan Afrika

Reporter

Editor

Jumat, 2 Juli 2010 16:33 WIB

John Pantsil merayakan keberhasilan Ghana melaju ke babak 16 besar dengan berlari sambil membawa bendera Ghana. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
TEMPO Interaktif, Jakarta -Kini saatnya Ghana memupus "kutukan" Afrika di putaran final Piala Dunia. Sepanjang sejarah, belum ada satu pun negara Afrika yang bisa melewati babak perempat final. Sebelum putaran final di Afrika Selatan memang sudah ada dua negara yang mampu menembus babak 16 besar, yakni Kamerun (1990) dan Senegal (2002). Tapi keduanya gagal melaju ke semifinal.

Tahun ini, ketika putaran final untuk pertama kalinya digelar di Tanah Hitam, hanya Ghana yang mampu napak tilas jejak Kamerun dan Senegal. Di perdelapan final, Ghana mengalahkan Amerika Serikat 2-1. Banyak pihak berharap Bintang Hitam--julukan ini dilontarkan presiden pertama Ghana, Kwame Nkrumah--melaju ke semifinal. Ghana ditunggu Uruguay pada Sabtu dinihari nanti di Soccer City, Johannesburg.

Inilah pertandingan pembuktian apakah "kutukan" Afrika masih berlaku. Kesialan ini memang menyakitkan. Afrika dianggap sebagai kawasan termaju ketiga, setelah Amerika Latin dan Eropa, dalam urusan bola sepak ini. Bakat-bakat hebat tak pernah berhenti mengalir, terutama dalam dua dekade terakhir. Mereka banyak bermain di klub-klub kelas satu Eropa.

Setelah generasi Roger Milla dan Abedi Pele, kini ada Samuel Eto'o. Striker Kamerun ini bermain di Inter Milan, juara Eropa 2010. Pantai Gading memiliki Didier Drogba dan Salomon Kalou di Chelsea, serta Yaya Toure (Barcelona) dan Kolo Toure (Manchester City). Juga ada pemain serba bisa Ghana, Michael Essien (Chelsea). Nigeria bahkan tak menyisakan satu tempat pun buat pemain lokal.

Sayangnya, para bintang itu tak pernah mampu membawa Afrika bersinar di final piala Dunia. Tahun ini idem dito. Dari enam tim, cuma Ghana yang lolos dari penyisihan. Empat tahun lalu di Jerman, mereka juga masuk babak kedua, tapi kalah oleh Brasil. Kini Ghana selangkah lebih maju. Seluruh Afrika pun berharap pada juara Afrika empat kali ini.

Harapan itu menyeruak tak hanya di negeri pelopor demokrasi di Afrika ini, tapi juga di seantero benua. Mendadak sontak Afrika menjelma menjadi satu negeri. Ben Owusu, pemilik Uncle's Ben Restaurant di Johannesburg, seperti dikutip VoA, mengatakan Brasil, Jerman, dan tim-tim lain harus tahu bahwa mereka akan menghadapi seluruh Afrika. "Piala itu sudah dibawa ke sini dan harus tetap berada di tanah ini."

Negeri di Afrika Barat ini memang layak menjadi tumpuan harapan semiliar penduduk Afrika. Ghana membangun timnya tidak dalam semalam. Mereka menciptakan regenerasi yang luar biasa dalam lima tahun terakhir. Hasilnya, pada 2006, untuk pertama kalinya mereka masuk putaran final Piala Dunia. Tahun lalu, generasi baru lahir setelah Ghana menjadi juara dunia U-20 di Kairo.

Ghana juga menjadi tim dengan skuad termuda di Piala Dunia 2006 dan 2010. Tim asuhan Milovan Rajevac ini memiliki rata-rata umur 24 tahun 9 bulan. Itu yang membuat tim ini sangat kuat. Jomo Sono, bekas pelatih Afrika Selatan, mengatakan Ghana hebat karena mereka bermain sebagai sebuah tim. "Ghana tak punya pemain bintang, apa saya sebut pemain TV," kata Sono.

Memang di sana ada Essien, Muntari (Inter Milan), dan sejumlah pemain yang berlaga di Eropa. Tapi posisi mereka tak seperti para bintang di negara-negara lain. Negeri penghasil cokelat terbesar di dunia ini menerapkan kolektivitas yang tinggi dan tak terlalu bergantung pada pemain top. Buktinya, ketika Essien cedera, Ghana tetap tangguh.

Jomo juga mengungkapkan kebiasaan buruk tim Afrika yang sering gonta-ganti pelatih. Pantai Gading, misalnya, menunjuk Sven-Goran Eriksson hanya dua bulan sebelum putaran final. "Mereka acap terpukau oleh pelatih asing. Padahal tak mudah memahami kultur di sini," katanya. Ghana berbeda. Pelatih Serbia itu sudah menangani Bintang Hitam sejak Agustus 2008.

Semua itu membuat harapan tertumpah pada Ghana. Sementara Korea Selatan mampu menjadi tim Asia pertama yang lolos ke semifinal ketika putaran final digelar pertama kali di Asia, kini saatnya Ghana menjadi yang pertama di Afrika. Sekaligus membuktikan bahwa "kutukan" itu tak pernah ada.

M. Taufiqurohman, Wartawan Tempo

Berita terkait

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.

Baca Selengkapnya

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.

Baca Selengkapnya

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.

Baca Selengkapnya

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.

Baca Selengkapnya

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.

Baca Selengkapnya

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.

Baca Selengkapnya

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.

Baca Selengkapnya

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.

Baca Selengkapnya