Amaar baru berusia 16 tahun dan kini duduk di kelas IX Bosmont Moslem School. Anak bungsu dari dua bersaudara itu merupakan sosok yang unik. Pada dirinya mengalir darah Melayu, India, dan Mozambik. Warna kulitnya kecokelatan, tapi rambutnya keriting mirip kebanyakan orang Afrika.
Ia adalah bocah yang berani dan tekun. Sikap tekunnya itu ia tunjukkan dalam latihan pencak silat yang ia ikuti di Permai Martial Art sejak Januari lalu. Ia adalah salah satu murid pencak silat di Johannesburg yang jumlahnya kini sudah mencapai 300 orang.
Ia serta rekan-rekannya hanya berlatih sekali seminggu, dan ia tampak seperti kurang puas. Ia pun kerap meminta bimbingan kepada dua pelatih asal Indonesia, Syahrowi dan Prihardjono. "Ia paling maju di antara teman-temannya," kata Prihardjono.
Amaar ada kemungkinan disertakan oleh South Africa Pencak Silat Association sebagai salah satu delegasi ke Kejuaraan Dunia Pencak Silat di Kalimantan Timur, Desember mendatang, meski bukan untuk bertanding. Remaja ini pun tampak antusias menatap kemungkinan itu. "Saya ingin melihat silat langsung di negeri asalnya, Indonesia," katanya.
Ia mengaku belum tahu banyak tentang Indonesia. Saat ditanya bayangannya tentang Indonesia, ia menjawab, "Saya duga Indonesia adalah negara yang penduduknya padat, warganya banyak yang merokok, dan kebanyakan wilayahnya masih berupa hutan."
NURDIN SALEH