Para pemain sempat melakukan aksi mogok latihan beberapa hari jelang kepastian mereka tersingkir dari babak penyisihan di turnamen itu yang akhirnya menuai kecaman dari berbagai pihak di Prancis.
“Jika ada kekisruhan, pasti ada penyebabnya,” kata Gallas dalam wawancara dengan majalahn Les Inrockuptibles. “Dan, buat saya, kita tak perlu menutup mata, semuanya berawal dari sang pelatih.”
Gallas yang telah 84 kali memperkuat timnas Prancis mengatakan cara Domenech menangani para pemainnya sudah salah yang akhirnya memunculkan kemarahan striker Nicolas Anelka.
Anelka kemudian diusir dari skuad karena telah menghina Domenech dan para pemain Prancis lainnya menggelar aksi mogok latihan sebagai ungkapan protes terhadap keputusan itu.
“Domenech terus-terusan mengatakan kepada kami: ‘Singkirkan ego kalian.’ Tapi, saya pikir ia sendiri lupa melakukannya,” kata Gallas. “Domenech tidak bisa menerima masukan. Banyak pemain yang tak bisa bicara dengannya. Itu kasus yang saya alami.
“Masalah sesungguhnya adalah pelatih… saya tidak bagus, kami semua tidak bagus. Tapi, pelatihnya juga tidak bagus.”
Banyak pengamat yang terkejut Prancis yang sarat dengan pemain berbakat bisa gagal total di Afrka Selatan. Tapi, tampaknya Gallas sudah memperkirakan itu sebelumnya.
“Kita bisa saja memiliki para pemain terbaik di dunia dalam tim kita, (tapi) jika kita tak punya pelatih yang tepat, kita tak akan mendapat hasil apa-apa,” tegas Gallas.
Sebelum turnamen, Gallas sempat berang terhadap Domenech yang mencabut ban kapten dari tangannya dan menyerahkannya ke Patrice Evra jelang laga uji coba lawan Kosta Rika.
Ketika itu Domenech mengatakan kepada Gallas: “Kami tak akan bisa jadi kapten yang bagus.”
Sebelumnya, Gallas juga pernah dicopot dari jabatan kapten Arsenal dua tahun silam lantaran mengkritik rekan-rekan setimnya.
AP | A. RIJAL