Sejumlah media mengakui keunggulan Spanyol sementara beberapa lainnya mengkritik penampilan Jerman.
"Aus der Traum" (Mimpi telah Berakhir),” tulis harian Bild di halaman muka. "Caramba, Spain memang bagus! Mereka pantas menang. Tapi, kami bangga dengan para pemain kami."
Dalam analisis pertandingannya, koran itu menulis: "Kita minim keberanian dan kecerdasan. Kita tak melihat sepakbola 'buatan Jerman' yang telah memukau dunia dalam laga-laga sebelumnya. Terlalu hormat pada nama besar? Ataukah pahlawan kita terbebani oleh ekspektasi tinggi?"
Harian Frankfurt Allgemeine Zeitung hanya menulis headline singkat: "Spanyol terlalu kuat, Jerman kini membidik tempat ketiga."
Kolomnis koran tersebut, Michael Horeni, menulis: "Spanyol adalah lawan yang terlalu kuat untuk memungkinkan Jerman, di semifinal mereka yang ke-12, untuk lolos ke final Piala Dunia untuk kali kedelapan.
"Dalam duel itu, Jerman dengan cepat dipaksa bertahan dan tak pernah mampu menampilkan gaya sepakbola menyerang yang telah berjalan begitu baik melawan Inggris dan Argentina. Para pemain asli Spanyol lebih baik daripada para penantang muda."
Harian Berlin Der Tagesspiegel, seperti kebanyakan koran Jerman lainnya, memuat foto-foto fans Jerman yang menangis seusai pertandingan. Lebih dari 350 ribu suporter menyaksikan pertandingan itu lewat layar raksasa di pusat kota Berlin dan sekitar 50 ribu lainnya menonton di Stadion Olimpade Muenchen.
"Pertama, harapan yang tinggi, kemudian kekecewaan hebat,” tulis Der Tagesspiegel. "Warga Jerman terkena shock ketika Spanyol mencetak gol. Kita bisa melihat kengerian di wajah ribuan fans yang menyaksikan pertandingan itu di fan park."
Beberapa pihak di Jerman menyalahkan Paul si Gurita Peramal yang telah dengan benar memprediksi pemenang dalam lima laga pertama Piala Dunia. Paul mengejutkan seluruh negara itu, Selasa (6/7), saat memilih Spanyol. Sejumlah warga Jerman kini menginginkan Paul dipanggang di muka umum.
Pertandingan Jerman lawan Spanyol juga disaksikan oleh 31,1 juta pemirsa di Jerman, melewati rekor sebelumnya, 29,6 juta pemirsa, yang menonton semifinal Piala Dunia 2006. Sebanyak 12 juta orang lainnya menonton bersama di tempat-tempat umum di seluruh pelosok Jerman.
Die Welt menulis: "Tim muda ini merebut hati kita dengan permainan yang elegan. Tim multikultural ini telah mengubah Jerman. Kita pernah menjadi tanah air orang-orang yang suka mengeluh dan pesimis. Kini kita telah menjadi negara berbeda."
Guenter Netzer, mantan bintang timnas Jerman Barat yang kini jadi komentator di stasiun televisi ARD, mengatakan Jerman bermain buruk.
"Mustahil untuk terus bermain lebih bagus setiap waktu," kata Netzer. "Setelah kemenangan atas Inggris dan Argentina, akan terlalu luar biasa jika muncul peningkatan lebih tinggi melawan Spanyol. Itu akan tampak menyeramkan."
GUARDIAN | A. RIJAL