When Nothing Became Something  

Reporter

Editor

Jumat, 9 Juli 2010 09:37 WIB

TEMPO/Nurdiansah
TEMPO Interaktif, Jakarta - Bicara Piala Dunia, ujung-ujungnya bicara mimpi sepak bola Indonesia. Ketika masih membawa nama Hindia Belanda, Indonesia menjadi tim Asia pertama yang tampil pada Piala Dunia 1938. Kini? Alih-alih masuk Piala Dunia, tim Indonesia digasak Laos 0-2 di SEA Games 2009.

Kata-kata Om Waluyo pun terngiang di benak saya. Om Wal bukanlah seorang pemain sepak bola. Tidak pula menyukai bola.Tapi doktor ahli genetika yang sempat sekolah di Korea Utara pada masa kejayaan komunis itu adalah saksi mata kekalahan Indonesia oleh negeri itu pada sekitar 1960-an.

Ia bercerita, suatu kali tim nasional Indonesia diundang merumput ke Pyongyang.Tatkala tim Korea Utara giat berlatih, tim Indonesia justru asyik bercanda.“Orang Indonesia suka cengengesan,” kata Om Wal menggambarkan pemain Indonesia yang tidak serius.

Benar saja, ketika pertandingan dimulai, belum apa-apa gawang Indonesia sudah jebol. Terus berlanjut hingga 7-0. Itu pun, seingat Om Wal, karena seorang pejabat di sana meminta agar pemain-pemain Korea Utara berhenti melesakkan bola ke gawang Indonesia.

“Demi persahabatan dan menghormati Indonesia,” kata dia. Setelah pertandingan, kata si om, seperti yang sudah-sudah, satu sama lain saling menyalahkan. Si A beginilah, si B begitulah.

Lumrah bila Korea Utara berlatih keras. Sebab, di mata tim Korea Utara, Indonesia adalah kesebelasan yang tangguh. Korea Utara juga bukan tim yang remeh-temeh: tampil di Piala Dunia 1966 hingga ke babak perempat final setelah mendepak Italia 1-0.

Saat itu Indonesia sukses menembus semifinal Asian Games Manila 1954, lalu menahan imbang Uni Soviet pada Olimpiade Melbourne 1956 di perempat final--meski akhirnya takluk 0-4 pada partai ulangan hari berikutnya.

Indonesia juga berhasil menduduki posisi elite sepak bola Asia bersama Israel, Burma, dan Iran. Kesebelasan Jepang dan Korea Selatan pernah dicukur rata-rata 4-0. Taiwan malah pernah digilas dengan skor 11-1 di Merdeka Games 1969. Thailand, Malaysia, dan Singapura? Enggak level. Malah ketika itu negeri jazirah Arab belum bisa bermain sepak bola.

Tapi, ya itu tadi, orang-orang Korea Utara, kata Om Wal, serius dan punya tekad baja. Bahkan mereka berkoar-koar tentang mimpinya bahwa kelak saudara mereka di selatan akan menumpang hidup di utara. Mereka ingin mewujudkan sesuatu yang nothing menjadi something. Tak mengherankan bila 44 tahun kemudian tim nasional mereka masuk lagi ke Piala Dunia 2010.

Ironisnya, Korea Utara masuk justru tatkala kondisi negerinya sedang dalam keterpurukan ekonomi yang luar biasa. Kemiskinan dan kelaparan. Itu sebabnya, barangkali, Korea Utara bangga meskipun masuk ke grup panas bersama Brasil dan Portugal.

Kisah tim dengan pemain yang minim pengalaman internasional namun tak kenal menyerah, seperti yang ditunjukkan skuad Korea Utara, juga terjadi pada Selandia Baru. Sepak bola sama sekali bukan olahraga favorit di negeri mungil yang terletak di ujung belahan selatan dunia itu. Rugbi jauh lebih populer. Tim rugbi Selandia Baru, All Blacks—karena pakaiannya serba hitam—lebih terkenal ketimbang All Whites, tim sepak bola nasionalnya.

Debut Selandia Baru di Piala Dunia 1982 pupus setelah gagal meraih poin di babak grup. Selandia Baru kalah oleh Skotlandia, Uni Soviet, dan Brasil.

Cuma setelah itu tim Kiwi bangkit.

“Orang-orang Kiwi saling mendukung satu sama lain,” ujar Rudy, seorang kawan saya, warga Indonesia, yang kini menetap dan bekerja di sana.

Don, kawan saya yang warga Selandia Baru, berkisah bahwa letak negerinya yang berada di ujung tepi peta dunia itu membuat orang-orang Selandia Baru bertekad bisa tampil mengukir sejarah di pentas dunia. “From nothing came something,”ujarnya.

Lihatlah negeri dengan jumlah domba lebih banyak daripada manusia itu mampu berprestasi lebih baik ketimbang Italia di Piala Dunia 2010. Jadi, negeri boleh kecil tapi tekad tak boleh kerdil. Seperti bola, hidup berputar: dari nothing bisa menjadi something dan sebaliknya, dari something menjadi nothing. ●

ANDREE PRIYANTO (WARTAWAN TEMPO)

Berita terkait

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.

Baca Selengkapnya

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.

Baca Selengkapnya

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.

Baca Selengkapnya

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.

Baca Selengkapnya

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.

Baca Selengkapnya

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.

Baca Selengkapnya

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.

Baca Selengkapnya

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.

Baca Selengkapnya