TEMPO.CO, Jakarta - Jalan setapak, dan memang hanya itu satu-satunya jalan di sana, terpaksa diberi papan peringatan. Kira-kira artinya “jangan lewat dulu”. Kesibukan memang berlangsung di sana.
Warga yang tinggal di salah satu ruas jalan di Rocinha mengecat jalan di sana dengan warna kuning dan hijau. Tidak hanya itu, di atas jalan sempit sepanjang lebih dari sepuluh rumah itu terbentang tali yang digantungi berbagai pernik bendera Brasil.
Agak terlambat memang. Kawasan lain di Rio de Janeiro lebih dulu membuat perayaan di sana. Mereka mewarnai rumah, kantor, bahkan pohon kaktus di depan rumahnya dengan dua warna keramat: kuning dan hijau. Tapi penduduk di Rocinha berpendapat: lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Rocinha merupakan favela terbesar di Brasil yang berarti juga terbesar di dunia. Di sana, di sekujur gunung, berdiri ribuan rumah. Jumlah penduduk di sana diperkirakan mencapai hingga 300 ribu orang.
Mereka pun tidak ketinggalan untuk segera menyambut pesta kedua. “Selasa nanti, kan, Selecao main lagi. Kami ingin menyambut pesta,” kata seorang pria. Masih di kawasan yang sama, terlihat dua kakek dengan seluruh rambut telah memutih memanjat tembok untuk membuat hiasan serupa.
Rabu dinihari nanti, pasukan Felipe Scolari yang berada di Grup A akan tampil lagi. Kali ini lawannya adalah Meksiko di Fortaleza. Saat Brasil menang atas Kroasia dengan skor 3-1, pesta pun berlangsung di mana-mana.
Seperti yang terjadi pada Kamis lalu, mereka sudah bersiap untuk kembali berpesta. Sekolah pun diliburkan. Jam kursus kembali dimajukan. Sekolah sepak bola juga ikut libur.
“Saya liburkan dulu anak-anak. Setiap Brasil bermain, kegiatan kami hentikan,” kata Rogirio Soarez, 46 tahun, pemilik sekolah sepak bola anak-anak di kawasan Rocinha. Tiap minggunya, setiap Selasa dan Kamis, dia melatih anak-anak berusia di bawah 13 tahun.
Kawasan lainnya juga telah siap menyambut pesta kemenangan. Copacabana dipastikan akan kembali dipadati ribuan orang seperti yang terjadi pekan lalu. Tak jauh dari Copacabana, acara menonton juga digelar di klub mewah. Untuk masuk ke sana, seperti dilaporkan media lokal, setiap orang harus mengeluarkan uang hingga US$ 55. Tapi sama saja seperti tempat lainnya, di sana pun penuh dengan orang kebanyakan.
Acara menonton bareng tidak berlangsung di kawasan pantai itu. Di Maua, kawasan Sao Gonzalo, yang terletak di luar Kota Rio de Janeiro, sebuah lapangan futsal disulap menjadi tempat acara menonton bersama. Kamis lalu, suasana di sana benar-benar meriah.
Kemeriahan pesta yang terjadi pada hari pertandingan pertama kini sudah siap untuk mereka ulangi. “Mudah-mudahan kali ini Brasil menang dengan lebih banyak gol,” kata Galo, pemuda tanggung di sana.
Bola dan Ikan Goreng
Acara menonton sepak bola langsung dari televisi secara bersama-sama sudah menjadi kebiasaan bagi orang Brasil. Pertandingan apa saja, entah kompetisi Liga Brasil dari Serie A atau B, bisa dipastikan akan mereka tonton. Lebih asyik memang bila menonton beramai-ramai.
Biasanya acara menonton bersama itu dilakukan di tempat makan dan minum yang tersebar di berbagai kota. Di sana, sebelum pertandingan dimulai, mereka sudah mulai mengobrol sambil meneguk bergelas-gelas bir. Ada juga yang berada di rumah bersama keluarga dan teman-teman dekat.
Namun, yang pasti dalam setiap acara ini, selalu ada menu khas yang mereka buat, yakni ikan goreng. Mungkin kalau di Indonesia makanan ini tak berbeda dengan suguhan kacang kulit yang biasa disantap sambil menonton televisi.
Saat pertandingan belum dimulai, beberapa orang terlihat sibuk memasaknya. Caranya memang mudah. Siapa pun bisa. Ikan laut—tanpa diberi bumbu apa pun kecuali dilumuri tepung—tinggal dicemplungkan ke kuali yang sudah penuh dengan minyak panas.
Tak lama kemudian, ikan goreng itu pun sudah tersaji bersama jeruk nipis yang berfungsi sebagai penawar aroma ikan. Dengan ditemani bir, mereka pun menyantapnya.
Semakin seru pertandingan, apalagi tim yang mereka dukung mendapat kemenangan, sudah pasti pasokan ikan goreng itu tidak pernah berhenti.
IRFAN BUDIMAN (Rio de Janeiro)