Antara Zona Oseania dan Asia

Reporter

Rabu, 18 Juni 2014 12:08 WIB

Para wanita pendukung Jepang bersorak saat menonton siaran langsung Piala Dunia antara Jepang dan Pantai Gading di Tokyo, Jepang, 15 Juni, 2014. (AP/Eugene Hoshiko)

TEMPO.CO - Tetangga saya yang gila bola dan yang setengah gila bola berdebat seru tentang Piala Dunia. Awalnya, mereka adu mulut menyangkut keputusan wasit Yuichi Nishimura memberi penalti untuk Brasil saat melawan Kroasia. Setelah lelah membicarakan aksi kontroversial wasit asal Jepang itu, topik debat segera berpindah gunjingan.


Tetangga yang setengah gila bola tiba-tiba menyoal PSSI yang tak sungguh-sungguh mencari 11 orang yang cakap menendang bola, seperti orang-orang Brasil, Italia, Inggris, Prancis, Spanyol, dan Jerman. “Tim nasional kita tak punya prestasi, sehingga sulit lolos ke Piala Dunia,” kata tetangga itu sambil menyebutkan sejumlah lembaga yang dianggap bertanggung jawab.


Indonesia memang tak pernah ikut Piala Dunia, walaupun tercatat sebagai peserta pada 1938. Tim Indonesia ketika itu masih bernama Hindia Belanda, satu-satunya wakil Asia di Piala Dunia yang berlangsung di Prancis. Ikhtiar PSSI mengirim tim nasional ke kejuaraan empat tahunan terus kandas di tingkat zona Asia.


Saya teringat akan Timo Scheunemann, yang beberapa tahun lalu melontarkan gagasan menggoda. Mantan Kepala Bidang Pembinaan Pemain Usia Dini PSSI itu mengatakan, apabila tim nasional ingin tampil dalam perhelatan olahraga paling banyak ditonton penduduk bumi, Indonesia mesti pindah zona.


Dalam catatan FIFA, Indonesia saat ini menempati ranking ke-168 dunia atau peringkat ke-34 zona Asia. Saran Timo, kalau mau mencari gampang menembus Piala Dunia, Indonesia mesti keluar lebih dulu dari zona Asia, kemudian hijrah ke zona Oseania.


Advertising
Advertising

Di Oseania, Indonesia akan berkelompok dengan negara-negara kecil di sekitar Samudra Pasifik. Ini akan memberi peluang terbuka bagi Indonesia menjadi juara. Di kawasan ini, Indonesia hanya akan bertemu dengan negara-negara yang tim kesebelasannya tergolong “ecek-ecek”.


Ranking Indonesia pun bisa langsung terkerek di peringkat kelima setelah Selandia Baru (55), Kaledonia Baru (97), Tahiti (154), dan Kepulauan Solomon (162). Hal ini bisa terjadi karena jumlah negara di Oseania lebih sedikit ketimbang di Asia (11 berbanding 46 negara).


Sebagian kalangan menganggap ide Timo sekadar gurauan atau ejekan. Faktanya, tim sepak bola di Oseania tak sebagus di Asia. Indonesia bakal makin terpuruk dalam bidang olahraga karena berkompetisi dengan lawan tak bermutu. Tapi ada yang berpandangan sebaliknya. Tim nasional ada kemungkinan akan tergerak untuk bangkit setelah sering menjadi juara di kawasan itu.


Pindah zona tidak selalu buruk. Australia membuktikan itu. Pada 2006, Negeri Kanguru memutuskan hengkang dari zona Oseania ke zona Asia. Perpindahan itu dilakukan setelah Australia merasakan, selama menjadi bagian dari OFC (Konfederasi Sepak Bola Oseania), prestasi tim nasionalnya mandek.


Australia nyaris selalu menang setiap kali bertanding. Ketika bertarung pada kualifikasi Piala Dunia 2002, Australia membantai tim Samoa Amerika dengan skor 31-0. Laga yang dipimpin wasit Ronan Leaustic asal Tahiti pada 11 April 2001 itu memecahkan rekor skor terbanyak.


Selama pertandingan, ada menit-menit di mana tim nasional Samoa Amerika tak sedetik pun menyentuh bola. Dua hari sebelum menghajar Samoa Amerika, Australia menggilas Tonga dengan skor 22-0.


Selandia Baru tampaknya sedang mengikuti jejak Australia. Ricki Herbert, pelatih tim kesebelasan Negeri Kiwi, menyatakan ingin anak asuhannya menemukan lawan tangguh di Asia. Herbert berharap kesebelasannya bisa menantang Jepang, Korea Selatan, Iran, serta Australia, yang sekarang berlaga di Brasil.


Zona Oseania memang dianggap paling lemah dari enam konfederasi sepak bola di bawah FIFA. Saran Timo memang tidak wajib dituruti. Namun ide itu bisa dimaknai sebagai pelecut PSSI dalam menata tim nasional menjadi kesebelasan kuat. Target kapan Indonesia tampil di Piala Dunia seperti yang digunjingkan tetangga saya bisa segera terbayang.


Elik Susanto
Wartawan Tempo

Berita terkait

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.

Baca Selengkapnya

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.

Baca Selengkapnya

Tanggapan FIFA Setelah Presiden Mereka, Gianni Infantino, Diselidiki Jaksa Swiss

3 Agustus 2020

Tanggapan FIFA Setelah Presiden Mereka, Gianni Infantino, Diselidiki Jaksa Swiss

Badan sepak bola dunia FIFA menyatakan pihak berwenang Swiss tidak mempunyai alasan untuk meluncurkan penyelidikan kriminal atas Gianni Infantino.

Baca Selengkapnya

Kasus Pelecehan Seks, FIFA Skors Presiden Sepak Bola Haiti

26 Mei 2020

Kasus Pelecehan Seks, FIFA Skors Presiden Sepak Bola Haiti

Badan sepak bola dunia (FIFA) menskors presiden federasi sepak bola Haiti Yves Jean-Bart terkait kasus pelecehan seks.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.

Baca Selengkapnya

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.

Baca Selengkapnya

Boikot Bertambah Mendekati Pembukaan, Piala Dunia 2018 Batal?

27 Maret 2018

Boikot Bertambah Mendekati Pembukaan, Piala Dunia 2018 Batal?

Negara-negara yang menyatakan akan melakukan boikot bertambah ketika Piala Dunia 2018 tinggal tiga bulan lagi.

Baca Selengkapnya

Presiden FIFA: Piala Dunia 2018 Tak Akan Jadi Ajang Perang

19 Maret 2018

Presiden FIFA: Piala Dunia 2018 Tak Akan Jadi Ajang Perang

Presiden FIFA Gianni Infantino menegaskan kecemasan terhadap potensi bentrok suporter Rusia dan Inggris tak akan terjadi di Piala Dunia 2018.

Baca Selengkapnya

FIFA Didesak Batalkan Chechnya sebagai Markas Timnas Mesir

13 Februari 2018

FIFA Didesak Batalkan Chechnya sebagai Markas Timnas Mesir

Keputusan FIFA untuk mengijinkan ibukota Chechnya, Grozny, sebagai markas Timnas Mesir mengundang protes.

Baca Selengkapnya