TEMPO.CO - Pertemuan antara Amerika Serikat dan Portugal dalam laga lanjutan Grup G adalah pertemuan menarik. Kedua tim berangkat membawa modal yang berbeda. Amerika Serikat datang ke Stadion Arena Amazonia di Kota Manaus dengan membawa modal kemenangan 2-1 atas Ghana pada pertandingan pertama. Sebaliknya, Portugal datang membawa "malu" setelah dikalahkan Jerman dengan skor telak 0-4.
Di satu sisi, kemenangan itu bisa menjadi "modal" menguntungkan Amerika Serikat karena kepercayaan diri mereka tengah bagus. Tapi, dengan pengalaman yang dimiliki para pemain Portugal, menurut saya, Seleccao—julukan Portugal—bisa membalikkan keadaan.
Ibaratnya, pengalaman akan menjadi guru yang baik bagi Cristiano Ronaldo cs untuk berubah. Dan saya percaya itu. Mereka akan menemukan formula untuk bangkit dalam pertandingan melawan Amerika Serikat nanti.
Namun ada catatan untuk tim Portugal: jangan bertindak konyol! Seperti yang ditunjukkan Pepe dalam pertandingan pertama melawan Jerman lalu. Kekonyolan itu akhirnya merusak semuanya.
Padahal Portugal sudah memulai pertandingan dengan baik. Menurut saya, mereka sangat menjanjikan pada awal pertandingan. Tapi, seperti yang saya katakan tadi, permainan yang sudah bagus kemudian dirusak oleh kesalahan-kesalahan.
Catatan lain: Portugal mesti bermain sabar dan tak terburu-buru. Saat pertandingan melawan Jerman, misalnya, mereka memaksa terus "menusuk" pertahanan Der Panzer. Hal itu diulangi Cristiano Ronaldo cs terus-menerus sampai akhirnya lengah, dan terjadi kesalahan di lini belakang.
Tantangan berupa pertahanan ketat itu akan kembali dihadapi Portugal saat melawan Negeri Abang Sam. Soalnya, tim asuhan Juergen Klinsmann itu sangat disiplin. Saat melawan Ghana, Amerika sebenarnya kalah dalam hal kualitas individu, tapi Klinsmann menutupi ketertinggalan itu dengan strategi yang bagus. Mereka tak terpancing permainan lawan di lini tengah.
Selain efektivitas formasi, kunci lain tim Amerika Serikat ada pada Clint Dempsey. Dempsey mampu memimpin tim dan mengontrol permainan. Ia harus dimatikan pelatih Joachim Loew.
Meski Dempsey cs kompak dan disiplin, saya menilai masih ada celah kelemahan tim Amerika yang bisa dimanfaatkan Portugal, yaitu sisi full-back, baik kanan maupun kiri. Mereka sering terlambat turun setelah membantu serangan.
Duo sayap cepat Portugal—Ronaldo dan Nani—menurut saya, bisa memanfaatkan kelemahan tadi. Asalkan, sesuai dengan catatan yang saya sebut di awal, jangan terlalu bernafsu saat menyerang. Permutasi pemain saat bertahan harus dijaga sehingga bisa Nani dan Ronaldo bisa terlaposo saat tiba-tiba ada serangan balik.
Khusus untuk Ronaldo, saya melihat pertandingan melawan Amerika nanti akan menjadi ujian baginya. Menurut saya, ia sebenarnya sudah mencapai puncak permainan pada final Liga Champions Eropa bersama Real Madrid.
Ia juga sempat diganggu cedera pada akhir-akhir kompetisi. Namun, di sisi lain, cedera itu berdampak positif bagi Ronaldo. Ia memiliki waktu istirahat tambahan untuk pemulihan cedera. Dalam laga melawan Jerman, saya melihat ia sudah bermain maksimal. Saya mencatat kurang-lebih ada dua tembakan on target yang ia lepaskan. Cederanya seperti hilang tak berbekas.
Maka, pertandingan nanti akan menjadi pertarungan seru. Asalkan Portugal tak ceroboh, laga akan berlangsung ketat. Tapi saya menjagokan Portugal. Keunggulan selisih satu gol.
Rahmad Darmawan, Mantan Pelatih Timnas Indonesia kini Melatih Persebaya