Kolom Piala Dunia: Sepak Bola dan Filsuf  

Reporter

Senin, 23 Juni 2014 11:03 WIB

AP/The Canadian Press, Darryl Dyck

TEMPO.CO - Pada 1972, dalam semesta Monty Python, kesebelasan Yunani dijamu Jerman di Stadion Olimpiade Muenchen. Yunani menurunkan para pemain terbaiknya. Di antaranya Plato (kiper), Aristoteles, Heraklitus, Archimedes, dan Socrates (kapten). Mereka berkostum toga zaman Helenistik.

Tim Jerman, yang berseragam jas panjang ala era Victoria, diperkuat Leibniz (kiper), Kant, Hegel (kapten), Nietzsche, Wittgenstein, dan Heidegger. Wittgenstein sebenarnya orang Austria. Entah kenapa Monty Python, grup lawak asal Inggris itu, menyertakannya dalam “Pertandingan Sepak Bola Para Filsuf”—sketsa komedi dalama cara televisi lawas Sirkus Terbang Monty Python. Karl Marx tak masuk starting lineup. Ia masuk pada babak kedua untuk menggantikan Wittgenstein.

Begitu Kong Hu Cu, sang wasit, menyempritkan peluit pada awal pertandingan, para pemain tak mengejar bola. Mereka malah wira-wiri di lapangan sembari sesekali menopang dagu. Ada juga yang tampak berargumentasi dan mendebat wasit. Nietzsche mendapat kartu kuning lantaran menyebut Kong Hu Cu tak punya “kehendak bebas”.

Pertandingan sesungguhnya baru dimulai setelah Archimedes berseru “Eureka!” pada menit ke-89. Archimedes lalu menendang bola yang menganggur di tengah lapangan ke arah Socrates. Hanya sekali sentuh, bola berpindah lagi ke kaki Archimedes, lalu Heraklitus. Operan satu-dua itu seperti gaya tiki-taka Barcelona. Sampai di mulut gawang Jerman, Socrates menanduk bola umpan Archimedes. Gol!

Menganggap gol itu tak sah, Jerman memburu Kong Hu Cu. Menurut komentator pertandingan, “Hegel berargumen bahwa kenyataan adalah apriori dari etika non-alamiah belaka.” Adapun Kant, kata komentator, berpendapat bahwa “lewat kewajiban mutlak (categorical imperative), secara ontologis gol itu hanya ada dalam imajinasi.” Hanya Marx yang mengatakan Socrates sudah offside sebelum menceploskan bola.

Marx benar. Dalam tayangan ulang, terlihat bahwa posisi Socrates berada di belakang bek Jerman ketika menerima umpan. Ini juga mengingatkan kita pada sindiran Marx yang masyhur itu: para ahli filsafat menafsirkan dunia dalam beragam cara, padahal yang paling penting adalah mengubahnya.

Saya membayangkan Monty Python membikin vinyet lain yang menampilkan kesebelasan Prancis. Bukan hanya karena banyak filsuf dari Prancis, tapi juga ada dua filsuf dari negeri ini yang betul-betul menggilai bal-balan. Mereka, Albert Camus dan Jacques Derrida, mesti masuk tim nasional.

Saat mahasiswa, Camus bermain sebagai penjaga gawang dalam tim kampus. Puluhan tahun kemudian, ketika ditanya lebih suka sepak bola atau teater, Camus menjawab, “Sepak bola, enggak ragu.” Dari sepak bola juga Camus belajar mengenai moralitas untuk ilmu filsafatnya.

Mungkin Monty Python akan menggambarkan Camus sebagai gelandang yang memburu bola di kaki musuh. Setelah berhasil mendapatkan bola, ia malah mengopernya lagi ke tim lawan. Perbuatan ini dilakukan terus-menerus, seperti Sisyphus.

Sepak bola pun mengilhami Derrida untuk melahirkan “dekonstruksi”. Allan Hutchinson, penafsir Derrida, menyatakan pemikir tersebut menemukan kemungkinan tak terbatas dalam sebuah pertandingan sepak bola. Walau aturannya sama, tapi jalannya pertandingan—di mana saja dan kapan saja—akan selalu berbeda.

Hutchinson menganggap Derrida sebagai pemain bernomor punggung 7, seperti Eric Cantona. Keduanya sama-sama jenius dan pemberontak. Derrida memberontak terhadap kungkungan pemikiran Platonis. Di luar itu, kata Hutchinson, semasa muda Derrida memang bermimpi menjadi pemain sepak bola profesional.

Di lapangan bola sungguhan, sepak bola dan filsafat bertemu dalam satu tubuh: Socrates. Ini bukan Socrates dari Yunani, melainkan dari Brasil. Nama lengkapnya Socrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira. Ia adalah kapten Brasil pada Piala Dunia 1982. Pele menyebutnya sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah ada.

Socrates meraih gelar sarjana kedokteran, dan belakangan, setelah gantung sepatu, meraih gelar doktor filsafat. Ketika bermain untuk klub Corinthians, ia terlibat dalam gerakan pro-demokrasi untuk menentang rezim militer di negerinya. Setelah pensiun, ia menulis dalam kolom olahraga, ekonomi, dan politik di surat kabar. Ia juga sering muncul di televisi sebagai pengamat sosial.

Ketika dipanggil Tuhan dalam usia 57 tahun pada 2011, ia sedang menulis novel tentang Piala Dunia 2014 di Brasil.


ANTON SEPTIAN (WARTAWAN TEMPO)

Berita terkait

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.

Baca Selengkapnya

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.

Baca Selengkapnya

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.

Baca Selengkapnya

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.

Baca Selengkapnya

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.

Baca Selengkapnya

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.

Baca Selengkapnya

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.

Baca Selengkapnya

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.

Baca Selengkapnya