Mantan pelatih timnas Jerman, Juergen Klinsmann (kanan) bersama pelatih timnas Jerman yang sekarang,Joachim Loew. AP Photo/Frank Augstein
TEMPO.CO, Jakarta - Tim nasional Jerman dibayangi "aib di Gijon" jelang pertandingan terakhir Grup G melawan Amerika Serikat, Kamis malam nanti. Kedua negara akan berhadapan di Arena Pernambuco di Kota Recife.
"Aib di Gijon" adalah sikap lancung timnas Jerman--saat itu bernama Jerman Barat--dalam pertandingan terakhir Grup II Piala Dunia 1982 di Spanyol. Ketika itu timnas Jerman berkongkalikong dengan Austria agar pertandingan berbuah kemenangan dengan selisih tak lebih dari dua gol. Tujuannya? Menyingkirkan Aljazair.
Andai Jerman menang dengan selisih lebih dari dua gol, Austria akan tersingkir. Sebaliknya, jika Austria yang menang, Jerman-lah yang akan pulang kandang. Maka, seolah sudah ada kesepakatan, kedua negara lantas bermain ogah-ogahan.
Setelah unggul 1-0 lewat gol Horst Hrubesch pada menit ke-10, tim Jerman yang saat itu diperkuat pemain-pemain seperti Karl-Heinz Rummenigge dan Felix Magath lebih banyak memainkan bola di daerah pertahanan sendiri. Begitu pemain Austria mendekat, bola panjang pun dilepaskan ke area permainan Austria. Cara bermain serupa ditunjukkan tim Austria.
Walhasil, mengutip pernyataan Eberhard Stanjek--komentator televisi Jerman, ARD, ketika itu, segenap penonton di Stadion El Molinon mencemooh pemain kedua negara. Mereka berulang kali meneriakkan kata "curang" dan "pulang" ke arah lapangan.
Secara pribadi, Stanjek bahkan menyebut pertandingan itu sebagai hal memalukan. "Anda tak bisa menyebutnya sebagai sepak bola," kata Stanjek saat itu.
Sampai saat ini tidak ada keputusan dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) yang menyebutkan bahwa telah terjadi pengaturan skor dalam pertandingan tersebut. Aib itu dibiarkan menguap seiring waktu.
Namun, jelang laga Jerman melawan Amerika Serikat nanti, perilaku lancung tersebut menyeruak. Jerman dikhawatirkan kembali "main mata" dengan tim Negeri Abang Sam. Kedua negara memang dalam posisi nyaman untuk lolos ke fase 16 besar. Mereka hanya butuh hasil imbang untuk menyingkirkan dua negara lain, Ghana dan Portugal.
Apalagi pelatih kedua negara dikenal akrab lantaran senegara dan pernah bekerja sama untuk timnas Jerman dalam Piala Dunia 2006 lalu. Joachim Low, pelatih timnas Jerman, adalah asisten Juergen Klinsmann--pelatih timnas Amerika--saat itu.
Disinggung berulang kali soal tragedi tersebut, pelatih Klinsmann gusar. "Kami adalah tim yang punya semangat juang untuk mengincar kemenangan dalam setiap pertandingan," kata Klinsmann.