Kolom Piala Dunia: Pertunjukan  

Reporter

Editor

Raju febrian

Kamis, 3 Juli 2014 14:45 WIB

Reaksi pemain Argentina dan Swiss seusai pertandingan Piala Dunia di stadion Itaquerao, Sao Paulo, Brasil, 1 Juli 2014. AP/Sergei Grits

TEMPO.CO - Untunglah masih ada Piala Dunia yang memberi kita sedikit alasan untuk menarik diri sejenak dari hiruk-pikuk capres-capresan. Jika tidak, mungkin kita akan "beku" dalam perangkap wacana tentang calon presiden, yang liar tak terkendali. Tengoklah di media sosial, misalnya, bagaimana orang-orang memproduksi "mitos-mitos" tentang jagoan sekaligus tentang lawan mereka. Sekian banyak waktu dan energi tertumpah di sana.

Media sosial-seperti Facebook dan Twitter nyaris melulu berisi berbagai hal-ihwal calon presiden. Hal itu membuat media sosial tidak lagi berwarna. Media ini menjadi sangat membosankan dan sama sekali tak segar. Yang banyak terlihat hanya saling serang antara pendukung kandidat. Media sosial pun tidak lagi menawarkan kegembiraan, melainkan suasana panas dan kebisingan.

Untuk itu, kehadiran Piala Dunia di tengah hiruk-pikuk calon presiden ini menjadi semacam oase untuk menyela pertarungan wacana dan perebutan pengaruh dalam hal calon presiden. Orang kemudian beramai-ramai membicarakan sepak bola. Bedanya, pembicaraan urusan sepak bola jauh lebih asyik ketimbang soal capres-cawapres. Perbincangan ini betul-betul menyajikan kegembiraan sebagai bagian dari pesta, bukan kegalauan dan kegelisahan.

Jarang terjadi tuding-menuding dalam membela sebuah kesebelasan. Apalagi menebar fitnah alias kampanye hitam. Sepak bola, sebagaimana khitah olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas, debatnya pun sangat sportif. Hal ini berbeda dengan politik yang sudah telanjur melekat dengan jargon-jargon "permisif", semisal "tidak ada makan siang yang gratis" dan "tidak ada teman dan musuh abadi, yang ada adalah kepentingan abadi".

Karena itu, mereka yang terlibat di dunia itu kadang menjadi sangat brutal untuk memperjuangkan kepentingannya. Bahkan, ketika ada orang yang menjadi sukarelawan murni dalam politik, mereka dicibir oleh aktor-aktor politik ataupun pendukungnya yang memegang teguh ideologi pragmatis.

Aktor-aktor dan pendukung politik pragmatis itu hanya bisa melepaskan "ego" dan nafsu pragmatisme mereka dalam sepak bola (olahraga). Sejauh ini, tidak ada di antara mereka yang mendukung satu kesebelasan hingga berteriak-teriak di kafe, pos ronda, ataupun media sosial untuk meminta "balas jasa" kepada kesebelasan itu. Padahal, perjuangan mereka untuk menjadi pendukung pun tak kalah meriah dibanding pendukung capres.

Satu lagi, mereka tidak sulit menerima apa pun hasil bagi kesebelasan jagoannya. Sebab, sadar atau tidak, yang sedang mereka hadapi adalah sebuah pertunjukan, bukan dunia yang sesungguhnya. Harapan-harapan mereka terhadap sebuah kesebelasan sepak bola bukan sebuah mimpi yang bisa berdampak nyata bagi mereka. Yang mereka lakukan adalah merajut mimpi demi memperoleh kegembiraan.

Sebetulnya pemilu, termasuk pemilihan presiden, juga berada dalam kerangka ini: sebuah pertunjukan. Momen ini tidak menyajikan realitas seperti bayangan ideal kita. Apa yang terlihat adalah sebuah kenyataan yang sudah dimontase dan disesuaikan dengan kebutuhan panggung (hiper-realitas). Karena itu, hal ini tidak bisa dilihat sebagai "kenyataan itu sendiri" (realitas), melainkan kenyataan yang sudah diberi kemasan.

Olahraga (termasuk sepak bola) hingga politik tak terlepas dari kemasan itu. Hal ini tidak semata peristiwa tentang dirinya sendiri, tapi juga peristiwa massa. Ini merupakan bagian dari representasi keinginan massa: tempat orang-orang menyusun kepentingan-kepingan imaji sebagai hiburan di tengah jeda rutinitas mereka. Mereka pun (seharusnya) sadar bahwa mereka bukanlah aktor-aktor yang mendapat manfaat langsung dari sana.

Seperti halnya sepak bola, pertunjukan pemilu juga tidak menjanjikan sesuatu yang kasat mata bagi pendukungnya secara personal di kemudian hari, kecuali harapan-harapan (yang sering kali) kosong. Siapa pun yang menang, nasib orang kebanyakan tidak akan berubah. Ringkasnya, menang atau kalah jagoan Anda, Anda tetap harus bekerja keras untuk hidup ini. Lalu buat apa ngotot-ngototan?

MUSTAFA ISMAIL | WARTAWAN TEMPO

Berita terkait

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.

Baca Selengkapnya

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.

Baca Selengkapnya

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.

Baca Selengkapnya

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.

Baca Selengkapnya

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.

Baca Selengkapnya

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.

Baca Selengkapnya

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.

Baca Selengkapnya

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.

Baca Selengkapnya

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.

Baca Selengkapnya