Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kolom Piala Dunia: Kuyt dan Perjuangan

image-gnews
Pemain Belanda Dirk Kuyt berjalan di lapangan bersama dua putranya usai sesi latihan di Rio de Janeiro, 30 Juni 2014.  REUTERS/Ricardo Moraes
Pemain Belanda Dirk Kuyt berjalan di lapangan bersama dua putranya usai sesi latihan di Rio de Janeiro, 30 Juni 2014. REUTERS/Ricardo Moraes
Iklan

TEMPO.CO - Dirk Kuyt berlutut di lapangan Stadion Castelao, Fortaleza, Brasil, Minggu lalu, setelah tendangan penalti Klaas-Jan Huntelaar membobol gawang kiper Meksiko, Guillermo Ochoa. Sepasang tangannya menunjuk ke langit. Matanya basah. “Untuk ayah yang ada di atas sana.”

Hari itu adalah tepat peringatan tujuh tahun meninggalnya sang ayah, Gerrit Kuyt, yang meninggal pada 29 Juni 2007 setelah lama berperang melawan kanker.

Hari itu juga Kuyt bermain ke-100 kalinya buat Belanda di pertandingan internasional dan mengantarkan tim berjuluk Oranye ini maju ke perempat final Piala Dunia 2014 setelah mengalahkan Meksiko 2-1. Istimewa, karena baru tujuh pemain tim Belanda, termasuk dirinya, yang mencapai caps 100.

Gerrit Kuyt, nelayan di Katwijk, sebuah kota di Belanda sebelah selatan, mewariskan sesuatu hal luar biasa kepada anak lelaki, Dirk, yang sosoknya sebagai pemain sepak bola tenggelam di bawah kepopuleran para “selebritas sepak bola” seperti Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney, atau Iker Casillas.

Sesuatu itu adalah kesetiaan, semangat, dan perjuangan sepanjang hidup. Kuyt seperti tanpa banyak bicara sudah mengajarkan betapa bernilainya semangat berjuang dalam hidup itu. Dari Oude Rijn atau Sungai Tua Rhine yang membelah Katwijk–kota yang melahirkan Kuyt-, mengalir air “perjuangan” yang menderas jauh sampai Laut Utara.

Di tengah begitu banyaknya tema yang bisa dibahas dari perhelatan Piala Dunia 2014 ini–dari masalah teknik, formasi, sampai strategi-, Kuyt mungkin sebuah titik kecil yang memberi sumbangan berharga tak hanya untuk sepak bola dan dunia atlet pada umumnya, tapi teladan menyikapi hidupnya.

Pada pria berusia 33 tahun dengan sosok kekar setinggi 184 sentimeter ini, meminjam ungkapan dari novel Bumi Manusia karya mendiang sastrawan Pramoedya Ananta Toer, kita bisa melihat sebuah hakikat perjuangan yaitu menolak kalah sebelum melawan.

Dan, simaklah, di tengan panas matahari 32 derajat Celsius pada Minggu siang di Fortaleza itu, Kuy telah berjuang dan melawan dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya. Koran Inggris, The Guardian, mendeskripsikan Kuyt dalam pertandingan itu sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang berprinsip sederhana, menolak untuk berhenti berlari.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kuy mengawali penampilannya yang ke-100 itu sebagai bek kiri dan kemudian pindah sebagai bek kanan. Ketika Belanda membutuhkan gol untuk menyamakan kedudukan melawan Meksiko, pelatih Louis van Gaal menyuruhnya kembali kepada posisi asalnya, penyerang tengah. Menjelang akhir pertandingan, setelah Oranye memimpin 2-1, dia mundur lagi sebagai bek kanan. Luar biasa.

Jauh dari sorotan kamera pertengahan Mei lalu–selagi media massa sibuk memberitakan persiapan Ronaldo dan para bintang tim lainnya-, Kuyt digenjot habis-habisan oleh Van Gaal untuk menjalani perannya yang lain sebagai pemain bertahan di Brasil 2014 ini.

Dari sosok pemain dengan teknik individu bermain sepak bola yang tidak terlalu tinggi inilah sebenarnya lahir sebuah fenomena istimewa di Piala Dunia 2014. Sebuah contoh dari revolusi sistem total football yang dilakukan tim Belanda pada Piala Dunia 1974 dan setelah itu tak bisa diulang lagi–termasuk oleh tim Oranye-sampai sekarang.

Contoh itu adalah permutasi, salah satu prinsip dari total football adalah pergerakan para pemain secara terus-menerus dan tidak bertahan pada posisi tertentu. Empat puluh tahun lalu, Johan Cruyff melakukannya bersama sembilan rekan-rekannya di tim Belanda di lapangan–kecuali kiper. Minggu lalu itu, Kuyt melakukannya sendirian.

Dedikasi Kuyt bisa mengatasi persoalan kalah-menang, sesuatu yang mutlak terjadi dalam pertandingan Belanda melawan Kosta Rika pada perempat final Minggu dinihari mendatang. Sebab, sosoknya mengundang rasa hormat dan kagum. Dia adalah lawan dan kawan yang terpuji dengan totalitas perjuangannya di lapangan. 

HARI PRASETYO (Wartawan Tempo)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Timnas Putri Indonesia Akan Jalani Pemusatan Latihan di Jepang, Juga Beruji Coba Hadapi Belanda

13 hari lalu

Manajer Timnas Putri Indonesia Galih Dimuntur (kiri), Anggota Komite Eksekutif PSSI Vivin Cahyani, Ketua Umum PSSI Erick Thohir, Ketua Badan Tim Nasional Sumardji, Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi dalam sesi jumpa pers di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu, 21 September 2024. TEMPO/Randy
Timnas Putri Indonesia Akan Jalani Pemusatan Latihan di Jepang, Juga Beruji Coba Hadapi Belanda

Timnas Putri Indonesia dijadwalkan menjalani pemusatan latihan (TC) di Jepang dan akan menghadapi Belanda.


PSSI akan Kerja Sama dengan KNVB, Segera Agendakan Uji Coba Timnas Indonesia vs Belanda

13 hari lalu

Ketua Umum PSSI Erick Thohir dalam sesi jumpa pers di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu, 21 September 2024. TEMPO/Randy
PSSI akan Kerja Sama dengan KNVB, Segera Agendakan Uji Coba Timnas Indonesia vs Belanda

Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan uji coba Timnas Indonesia vs Belanda akan dilakukan di level senior, putri, hingga junior.


Mees Hilgers Ungkap Alasan Pilih Timnas Indonesia Ketimbang Belanda

15 hari lalu

Mees Hilgers. (instagram/@meeshilgerss)
Mees Hilgers Ungkap Alasan Pilih Timnas Indonesia Ketimbang Belanda

Mees Hilgers mengaku tak sabar bermain untuk Timnas Indonesia dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2026.


Hasil UEFA Nations League: Timnas Jerman Kalahkan Hungaria 5-0, Belanda Pukul Bosnia 5-2

27 hari lalu

Pemain Timnas Jerman, Jamal Musiala. REUTERS/Kai Pfaffenbach
Hasil UEFA Nations League: Timnas Jerman Kalahkan Hungaria 5-0, Belanda Pukul Bosnia 5-2

Hasil UEFA Nations League pada Minggu dinihari, 8 September 2024: Timnas Jerman dan Timnas Belanda sama-sama menang besar.


Hubungan Pelatih Timnas Belanda Ronald Koeman dan Steven Bergwijn Memanas

28 hari lalu

Hubungan Pelatih Timnas Belanda Ronald Koeman dan Steven Bergwijn Memanas

Steven Bergwijn membalas reaksi Ronald Koeman yang tak lagi mempertimbangkannya masuk skuad De Oranje setelah kepindahan ke Liga Arab Saudi.


Steven Bergwijn Dicoret dari Timnas Belanda Asuhan Ronald Koeman karena Gabung Al-Ittihad

31 hari lalu

Pemain Belanda Steven Bergwijn berduel dengan pemain Belgia Jan Vertonghen dalam pertandingan Grup D UEFA Nations League di Johan Cruijff Arena, Amsterdam, 26 September 2022. REUTERS/Piroschka Van De Wouw
Steven Bergwijn Dicoret dari Timnas Belanda Asuhan Ronald Koeman karena Gabung Al-Ittihad

Pelatih Timnas Belanda, Ronald Koeman, mengungkapkan alasannya mencoret Steven Bergwijn yang pindah ke Al Ittihad.


PSSI Rancang Laga Persahabatan Timnas Indonesia untuk Semua Usia Lawan Belanda

5 Agustus 2024

Erick Thohir. ANTARA/Dhemas Reviyanto
PSSI Rancang Laga Persahabatan Timnas Indonesia untuk Semua Usia Lawan Belanda

Ketua Umum PSSI Erick Thohir membagikan kabar mengenai rencana untuk Timnas Indonesia itu melalui media sosialnya.


Penyerang Baru Manchester United Joshua Zirkzee Sebut Beberapa Pekan Terakhirnya seperti Roller Coaster

18 Juli 2024

Joshua Zirkzee. Foto : Manchester United
Penyerang Baru Manchester United Joshua Zirkzee Sebut Beberapa Pekan Terakhirnya seperti Roller Coaster

Penyerang asal Belanda Joshua Zirkzee mengaku tak sabar untuk mengawali kiprahnya bersama Manchester United.


Kisah Marco Van Basten, Pemain Belanda yang Cetak Gol Cantik di Final Euro 1988

12 Juli 2024

Marco Van Basten merupakan pesepakbola asal Belanda yang membela AC Milan. Ia berhasil menyabet tiga trofi Bola Emas, pada 1988, 1989 dan 1992 lantaran permainan cemerlangnya. Selama membela Milan pad 1987-1995, Van Basten meraih tiga trofi Liga Italia, dua gelar Liga Champions dan Piala Interkontinental (sekarang Piala Dunia Klub). acmilan.com
Kisah Marco Van Basten, Pemain Belanda yang Cetak Gol Cantik di Final Euro 1988

Hingga saat ini, Belanda belum bisa mengulang sejarah mereka saat juara Euro.


Setelah Belanda Gagal ke Final Euro 2024, Virgil van Dijk Akan Memikirkan Masa Depannya di Liverpool dan Tim Nasional

11 Juli 2024

Virgil Van Dijk. Anke Waelischmiller/SVEN SIMON
Setelah Belanda Gagal ke Final Euro 2024, Virgil van Dijk Akan Memikirkan Masa Depannya di Liverpool dan Tim Nasional

Virgil van Dijk akan memikirkan masa depannya dalam beberapa pekan ke depan setelah Belanda terhenti di semifinal Euro 2024.