TEMPO.CO, Jakarta - Setelah Jerman dan Argentina memastikan tiket ke partai final Piala Dunia 2014, saya melakukan survei kecil-kecilan. Pertanyaannya, siapa pemenang partai puncak yang akan digelar di Estádio do Maracanã, Rio de Janeiro, Senin dinihari nanti. Responden adalah tetangga di sekitar rumah dan teman-teman di kantor. Ada sekitar 20 orang yang saya ajukan pertanyaan ini. Hasil quick count-nya--istilah yang sedang tren di ajang copras-capres saat ini--lebih banyak yang memenangkan Jerman. Alasannya, permainan Jerman lebih bagus daripada Argentina.
Memang sulit mencari alasan untuk membantah Jerman lebih favorit menjadi juara di Piala Dunia edisi tahun ini. Jerman datang ke Piala Dunia 2014 sebagai tim peringkat kedua dalam ranking dunia FIFA. Nah, peringkat pertama, Spanyol, sudah terdepak alias pulang cepat karena gagal bersaing di babak penyisihan. Artinya, tim dengan peringkat terbaik dunia yang masih tersisa di Brasil adalah Jerman.
Die Mannschaft punya kemampuan mencetak gol dari semua lini. Dari enam pertandingan, anak-anak asuhan Joachim Loew ini sudah mencetak 17 gol. Belum lagi penampilan yang apik dari kiper Manuel Neuer saat mengawal gawang Jerman. Diturunkan di setiap pertandingan, kiper Bayern Muenchen itu hanya kemasukan empat gol. Hal itu juga ditunjang lini pertahanan yang lebih sulit ditembus.
Aljazair, Prancis, dan Brasil juga tak sanggup menghadang laju Jerman. Penampilan Jerman terakhir bahkan membuat dunia terperangah. Tuan rumah, juara dunia lima kali, dilibas 7-1.
Jerman, yang juga sering disebut tim Panser, memang datang ke Piala Dunia kali ini dengan pengalaman dan usia matang. Di lini depan, mereka punya Miroslav Klose. Meski sudah berusia 36 tahun, dia adalah pemilik rekor top scorer Piala Dunia dengan torehan 16 gol. Selain itu, ada Thomas Mueller. Baru berusia 24 tahun, namun Mueller sudah mengoleksi 22 gol dalam 55 penampilan bersama tim Panser. Dari angka itu, 10 gol ia buat di dua edisi Piala Dunia yang diikutinya.
Fakta lain? Argentina butuh kerja keras untuk sampai ke final. Unggul selisih satu gol dengan Bosnia-Herzegovina, Iran, dan Nigeria di penyisihan Grup F, tim Tango juga sanggup menang 1-0 atas Swiss dan Belgia di babak berikutnya. Terakhir, Albiceleste--julukan Argentina yang berarti putih-biru langit--harus bermain 30 menit lebih lama sebelum menentukan tiket ke final lewat adu penalti dengan Belanda.
Argentina bukannya tak punya peluang. Namun mereka butuh tak hanya kejeniusan Lionel Messi. Pelatih Alejandro Sabella bisa berharap Javier Mascherano tampil seperti saat mematikan winger lincah Belanda, Arjen Robben. Kali ini tugasnya adalah mewaspadai Toni Kroos. Tugas yang juga tak kalah penting dipegang Marcos Rojo, yang akan menghadang Thomas Mueller. Dan terakhir, kiper Sergio Romero harus bisa menjaga gawangnya, yang sejauhnya ini hanya kebobolan tiga gol.
Ada catatan menarik dalam pertemuan Jerman dan Argentina. Jerman terakhir kali meraih gelar juara ketiganya dengan mengalahkan Argentina 1-0 pada Piala Dunia 1990. Hal yang sama juga terjadi pada Argentina. Terakhir kali mereka jadi juara pada 1986, setelah menang 3-2 atas Jerman. Lainnya, Jerman selalu mengalahkan Argentina di dua edisi Piala Dunia terakhir, 2006 dan 2010.
Dari semua statistik yang ada memang mengarah pada keunggulan Jerman. Artinya gelar juara sudah di tangan Jerman? Jangan jumawa dulu. Sepak bola bukan statistik, sepak bola adalah permainan. Dan seperti yang pernah diungkapkan pelatih Belanda, Louis van Gaal, pemenang juga membutuhkan keberuntungan.
Iseng-iseng sebelum tulisan saya serahkan, saya mengirimkan pesan kepada seorang sahabat lama. Pertanyaannya tetap sama, "Siapa juara Piala Dunia 2014?" tanya saya. Sahabat saya itu membalas singkat, "#GER"
RAJU FEBRIAN (Wartawan Tempo)