TEMPO.CO, Jakarta - Plotinka, alun-alun di tepi bendungan Sungai Iset di pusat Kota Yekaterinburg, salah satu kota penyelanggara Piala Dunia 2018, terlihat ramai. Setelah tiga hari didera cuaca mendung dan hujan, para warga kota menumpahkan kegembiraan mereka menikmati Sabtu yang cerah.
Di antara keramaian warga lokal, belasan orang terlihat mengenakan seragam tim nasional Peru dan Meksiko. Celoteh dalam bahasa Spanyol bertebaran. “Saya cuma ingin menikmati kota ini sebentar sebelum pergi,” kata Roberto, warga Peru, seraya menikmati aksi grup musik di tepi Sungai Iset.
Dalam laga Kamis pekan lalu di Stadion Ekaterinburg Arena, Peru ditaklukkan oleh Prancis 0-1. Peluang Peru untuk lolos dari penyisihan grup pun habis hari itu, meski masih ada satu pertandingan melawan Australia di Sochi pada 26 Juni mendatang.
Hal itu membuat Roberto sempat bimbang. Dia tak menyangka tim nasional Peru tersingkir cepat. Sempat berpikir untuk kembali ke Lima, Roberto akhirnya bertahan beberapa hari hingga pertandingan terakhir Peru di Sochi. “Sudah jauh-jauh ke Rusia, sayang kalau tidak menikmatinya.”
Kehadiran para suporter asing membawa warna bagi Yekaterinburg, kota dengan populasi sekitar 1,3 juta jiwa. Tak seperti di Moskow atau Saint Petersburg, kehadiran orang asing dalam jumlah besar merupakan pemandangan langka di Yekaterinburg.
Apalagi kota yang terletak di paling timur dari 11 penyelenggara Piala Dunia itu hanya menggelar empat pertandingan di babak penyisihan. “Saya belum pernah melihat orang asing sebanyak ini,” kata Anna Pavlenko, warga Yekaterinburg. “Orang Peru di mana-mana ketika pertandingan kemarin, lebih banyak daripada suporter Prancis.”
Banyak warga Yekaterinburg yang menyapa para suporter asing atau mengajak berfoto bersama. Sejumlah warga Meksiko bahkan menunjukkan keahlian mereka menari dengan diiringi lagu dari grup musik yang berpentas di tepi Sungai Iset.
Pavlenko beberapa kali membantu sejumlah turis Peru menunjukkan arah ketika berpapasan di jalan. Kebetulan Anna bisa berbahasa Spanyol. Dia pun takjub dengan perjalanan yang mereka tempuh demi menonton tim nasional. “Perjalanannya sangat jauh, tapi saya lihat mereka senang-senang saja,” katanya.
Pavlenko berharap kehadiran para suporter asing membantu mempopulerkan nama kotanya. Menurut dia, Yekaterinburg menjadi lebih meriah sejak menggelar pertandingan Piala Dunia. “Sayang, pertandingan di sini sedikit,” kata ibu satu anak itu.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA