Di toko kecil, penjualan televisi mencapai lima unit per hari, padahal sebelumnya hanya dua atau tiga unit saja. “Sejak dua minggu yang lalu penjualan televi berbagai merek dan ukuran meningkat dua kali lipat, bahkan banyak yang menggemari televisi dengan LCD bukan tabung,” kata Yuli Suryawati, staf administrasi toko elektonik Atakrib di Jalan Kiai Mojo Yogyakarta, Jumat (11/6).
Harga televisi LCD (liquid crystal display) berkisar Rp 3 juta untuk ukuran paling keci (21 inchi) hingga 60 inchi yang harganya mencapai Rp 60 juta. Sedangkan harga televisi tabung berkisar Rp 500 ribu hingga Rp 3 juta.
Setiap hari, di toko tersebut banyak berdatangan para pembeli televisi. Jika ditanya untuk apa membeli televisi, selain ditonton setiap hari memang sengaja ingin menikmati pertandingan sepak bola akbar Piala Dunia.
Hal yang sama terjadi di deretan toko alat-alat elektonik di Jalan Affandi Yogyakarta. Setiap hari toko-toko tersebut bisa menjual televisi rata-rata lima unit.
Padahal jauh sebelum ada pesta pertandingan bola se dunia itu hanya bisa terjual dua atau tiga unit televisi perhari, bahkan tidak satu pun pembeli televisi. Namun berbeda dengan toko yang besar. Televisi yang dipilih oleh para pembeli adalah televisi yang harganya di bawah Rp 1 juta.
“Yang banyak laku adalah televisi yang harganya di bawah Rp 1 juta, selain itu banyak juga yang membeli kabel dan antena,” kata Nugroho, pelayan salah satu toko elektronik di Jalan Afandi.
M Fahlavi, 32 tahun, salah satu penggemar sepak sepak bola yang ingin menikmati gelaran Piala Dunia, harus bergotongroyong dengan warga dusunnya di Giriloyo, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk memasang antena yang tinggi di atas bukit. Sebab dengan memasng antena di rumah masing-masing warga signal tidak kuat akibat tertutup oleh bukit-bukit.
“Warga di dusun kami membuat antena bersama di atas bukit Gajah yang berdekatan dengan lokasi makam raja-raja Mataram di Imogiri, kami membuat paralel antar rumah menuju ke menara antena,” kata dia.
MUH SYAIFULLAH