TEMPO.CO, Brasilia - Diego Armando Maradona meninggalkan Arena Corinthians, São Paulo, dengan hati jengkel. Legenda sepak bola Argentina itu tak puas dengan penampilan tim kebanggaannya. "Mereka sedang dalam masalah besar," kata Maradona, 2 Juli lalu. "Mereka masih sangat bergantung pada Lionel Messi, sementara pada saat yang sama mereka tidak bisa menyuplai bola kepada dia."
Kritik Maradona itu disampaikan beberapa saat setelah Argentina harus bersusah-payah menekuk Swiss 1-0 pada babak 16 besar Piala Dunia 2014. Saat itu, meski menang, Argentina baru bisa mencetak gol pada menit ke-118.
Gol itu dicetak Angel di Maria setelah mendapat umpan silang dari Lionel Messi. Nah, faktor Messi inilah yang mendapat sorotan Maradona. Menurut dia, Argentina terlalu memforsir Messi.
"Ini adalah tim Argentina, bukan tim Messi," ujar Maradona. "Memang, dia pemain yang sangat hebat, tapi tim juga harus membantu dia. Jangan membiarkan dia menanggung beban sendirian."
Argentina selama ini memang sepenuhnya bergantung pada Messi. Dari tujuh gol yang telah dikoleksi Argentina dalam Piala Dunia kali ini, empat gol dicetak Messi. Ia juga menyumbang satu assist.
Situasi ini, ujar Maradona, tidak sehat. Ia meminta pelatih Argentina, Alejandro Sabella, meningkatkan kolektivitas tim. "Karena saya melihat tim ini baru mengeluarkan 40 persen potensi mereka."
Messi sendiri mengatakan Argentina bisa lolos ke babak perempat final bukan karena kehebatan tim, melainkan faktor keberuntungan. "Saya gelisah karena dalam beberapa pertandingan kami baru bisa mencetak gol pada menit-menit akhir. Memang, pada akhirnya kami menang, tapi itu karena keberuntungan," tuturnya.
Argentina, tentu saja, tak bisa selalu bergantung pada Messi dan keberuntungan. Pelatih Belgia, Marc Wilmots, telah menyiapkan strategi khusus untuk membungkam Messi. Caranya, membuat para pemain Argentina sibuk menjaga pertahanan.
"Mereka tim yang hebat, tapi saya juga melihat ada ketidakseimbangan di sana," kata Wilmots. "Kami akan berusaha membuat mereka terus sibuk dengan kejutan-kejutan. Lihat dan tunggu saja."
Wilmots mengingatkan para pemainnya agar bermain lebih solid. Sebab, dalam melawan tim sekelas Argentina, mereka tak bisa bermain terlalu individualis. "Selama bermain dengan kolektivitas yang tinggi, kami siap menghadapi mereka," ujarnya.
Belgia memang sedang on fire. Selain kepercayaan diri yang tinggi, mereka digerakkan oleh dendam. Pada Piala Dunia 1986, mereka digilas Argentina dengan skor 0-2, membuat mereka tersingkir dari babak semifinal.
"Bisa mencapai semifinal seperti pada Piala Dunia di Meksiko (1986) adalah misi kami. Ini adalah target yang realistis dan kami akan memperjuangkannya," tutur pemain gelandang Belgia, Eden Hazard.
Maradona akan menonton langsung laga Argentina kontra Belgia ini. Ia berharap Argentina bisa kembali mengalahkan Belgia, seperti yang dilakukan pada 1986.
ESPNFC | SKY SPORTS | ALL SPORTS | DWI ROYANTO AGUSTIAR