Brasil sudah sejak dulu menjadi pengekspor pemain. Tak kurang dari empat pemain asal negara itu akan mewakili negara lain di Afrika Selatan. Di tim Portugal, ada tiga orang, yakni Pepe, Deco, dan Liedson.
Yang menarik, pada Piala Dunia ini, Portugal justru akan berada satu grup (Grup G) dengan Basil. Saat menyaksikan hal itu dalam undian Desember tahun lalu, pelatih Brasil, Dunga, pun sontak berucap, "Kami akan melawan Tim Brasil B."
Brasil juga masih memiliki duta lain. Dialah Cacau di tim nasional Jerman. Satu pemain kelahiran Brasil lain, Marcos Senna, sempat muncul bersama Spanyol di Euro 2008, tapi untuk Piala Dunia ini ia harus tercoret karena cedera. Pemain Brasil yang baru pindah jadi warga negara Italia, Amauri, belum dipanggil tim Azzurri.
Argentina juga memiliki tiga wakil di tim Paraguay, yakni Lucas Barrios, Jonathan Santana, dan Nestor Ortigoza. Di tim Italia, ada Mauro Camoranesi, yang lahir di Argentina dan sudah lama memperkuat Tim Negeri Pisa.
Kasus agak unik terjadi di Ghana dan Jerman. Kevin-Prince Boateng pernah tampil di tim junior Jerman. Tapi ia akhirnya memilih bermain untuk Ghana, negeri kelahiran ayahnya, setelah Tim Panser tak juga memanggilnya. Adiknya, Jerome Boateng, memilih memperkuat Jerman, yang di Piala Dunia nanti akan berada satu grup dengan Ghana.
Para pemain naturalisasi itu umumnya memilih negara baru karena tak mendapatkan kesempatan di tim nasional negara kelahirannya. Tapi Deco menilai, ia sebenarnya sangat layak memakai kaus Brasil. "Dengan karier seperti saya, sangat normal untuk bermain di tim Brasil," kata gelandang itu. "Ada pemain yang memakai kaus itu dan belum mencapai setengah dari yang saya dapatkan."
Nama Deco memang sudah menjulang di Eropa. Ia sebelumnya sukses di Barcelona dan kini masih jadi andalan Chelsea. Ia dipanggil Portugal pada 2003, setahun setelah pindah kewarganegaraan. Pada laga debutnya, ia justru mencetak gol ke gawang Brasil dalam sebuah laga uji coba. Kini ia sudah tampil 71 kali dan menyumbangkan lima gol.
Pemain berusia 32 tahun itu pun tak sabar untuk menghadapi kembali negeri kelahirannya di Durban pada 25 Juni nanti. "Tentu itu akan jadi pertandingan spesial karena saya seorang Brasil dan terus terhubung dengan negara itu sepanjang hidup," katanya. "Tapi saya akan pertahankan kaus Portugal hingga akhir. Bila saya mencetak gol, tak akan ada orang Brasil yang menganggap saya pengkhianat."
Liedson juga tak sabar bertemu dengan Brasil. "Itu akan sangat spektakuler," kata penyerang berusia 32 tahun ini. "Saya lahir di Brasil dan sangat mencintai negara itu. Tapi saya akan memberikan segalanya agar Portugal bisa menang. Laga ini seperti final bagi saya."
Liedson jadi warga Portugal sejak tahun lalu. Penyerang Sporting Lisbon itu sudah tampil tujuh kali di tim Portugal dan menyumbangkan tiga gol.
Pepe, andalan Portugal lain yang juga kelahiran Brasil, adalah salah satu bek tengah terbaik dunia. Sejak 2007, pemain Real Madrid berusia 27 tahun itu sudah tampil 24 kali untuk Portugal dan menyumbangkan dua gol.
Di tim Jerman, aroma Brasil juga akan jadi salah satu tumpuan. Cacau kini jadi salah satu harapan di lini depan Tim Panser karena penyerang yang biasanya jadi andalan, seperti Miroslav Klose, Lukas Podolski, dan Mario Gomez, saat ini penampilannya sedang menurun.
Cacau, 29 tahun, pindah kewarganegaraan pada Februari 2009. Tiga bulan kemudian, penyerang andalan VfB Stuttgart itu mendapatkan kesempatan tampil di Tim Panser. Kini Cacau sudah tampil enam kali dan menyumbangkan dua gol.
Pemain asal Argentina juga cukup laris jadi bidikan negara lain. Paraguay dipastikan menyertakan tiga pemain kelahiran Argentina dalam skuadnya. Gelandang Nestor Ortigoza, 25 tahun, sudah tampil dua kali sejak 2009. Jonathan Santana, gelandang berusia 28 tahun, bahkan sudah tampil 11 kali.
Pemain yang akan melakukan debutnya adalah Lucas Barrios, penyerang 25 tahun. Ia dipanggil menggantikan Salvador Cabanas, yang ditembak di kepala. Menjadi warga negara sejak 16 Maret 2010, ia langsung menarik perhatian pelatih Gerardo Martino karena mampu tampil bersama Dortmund: mencetak 23 gol musim ini.
Martino memang mendapat kecaman keras karena keputusannya memanggil pemain naturalisasi itu, tapi ia tak peduli. "Tak logis bagi saya untuk meninggalkan pemain penting," katanya. "Orang akan menggantung saya karena kalah, bukan karena memanggil pemain naturalisasi." l Berbagai Sumber | Nurdin Saleh