Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Soka  

image-gnews
unhcr.org
unhcr.org
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta -Di panti asuhan Enat HIV Center Addis Ababa, ibu kota Ethiopia, Awassa Oumar berbaring sambil memeluk bola. Tubuh bocah 7 tahun itu sangat lemah. Atsedeweyen, pengasuh panti itu berbisik pada saya, mungkin dalam hitungan bulan, Oumar akan menyusul 40 temannya yang berusia 5-14 tahun yang telah lebih dulu terenggut hidupnya.

Namun saya yang mengunjunginya 6 tahun lalu tak menemukan wajah sedih Oumar. Matanya justru berkilat-kilat ketika saya menunjuk bola plastik merah dalam dekapannya. Ia mengangkat bola yang telah robek itu sembari berucap, "Soka, soka."

Oumar mungkin tak tahu kematian sedang mendekatinya. Sekitar 7 juta dari 80 juta penduduk yang terletak di tanduk Benua Afrika itu juga tengah menunggu ke mana takdir berhilir akibat HIV/AIDS. Tapi tak ada alasan untuk tak menghirup kegembiraan meski maut sewaktu-waktu mencegat mereka. Dan Oumar punya kegembiraan kecil untuk menghibur dirinya sendiri: "soka" atau "bola" dalam bahasa Amharik (bahasa Ethiopia) dan Swahili (bahasa di Afrika Timur).

Kelaparan, perang, kekerasan, bencana, kekeringan, dan penyakit mematikan memang telah menjadi panorama sehari-hari di sebagian besar negara di benua ini. Begitu buramnya Afrika, novelis klasik Joseph Conrad menyebutnya sebagai "senarai negeri di jantung kegelapan". Penulis Inggris, Anton Antonowicz, bahkan lebih sengak menjulukinya sebagai "tempat terdekat dari neraka."

Tapi hidup tak serta merta berhenti meski setiap hari ditemukan tubuh-tubuh bergelimpangan karena kelaparan atau perang. Di kamp-kamp pengungsi di Darfur, Sudan, misalnya, anak-anak tampak begitu riang mengejar bola yang tak lebih besar dari bola tenis. Di Nairobi, Kenya, sekelompok pemuda bermain bola setelah membersihkan permukiman kumuh mereka yang baru saja terbakar. Di Mogadishu, Somalia, dua klan yang tengah berperang bahkan sepakat mengisi rehat perang mereka dengan bermain bola plastik bersama.

Mereka bermain dengan bola yang bisa terbuat dari apa saja: karet, plastik, potongan ban bekas, atau bahkan gulungan kain. Tak penting apakah mereka menggunakan bola sekelas Jabulani yang dikritik banyak negara peserta Piala Dunia atau bola buatan sendiri. Yang penting, mereka merasa memiliki sesuatu yang pantas dirayakan. Hidup sudah terlalu sulit. Saatnya mereka pergi ke lapangan untuk menggiring bola, menendang, menyundul, bersorak ketika gol tercipta, dan setelah itu meniup terompet plastik vuvuzela.

Dengan membersihkan tanah sisa-sisa perang, mereka sudah bisa menggelar pertandingan. Gawang juga tak harus berjaring. Mantan striker Kongo, Pierre Kalala, mengatakan pemain yang memiliki keterampilan kaki jauh lebih disukai ketimbang para penendang keras. Inilah yang menjelaskan mengapa para pemain di banyak negara Afrika lebih jago menggiring bola ketimbang menembak secara akurat ke gawang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Soka, bagi para pemain Afrika, lebih merupakan ritual kegembiraan ketimbang adu strategi. "Di Afrika, saya bermain untuk bersenang-senang. Di Eropa, saya bermain untuk menang," kata bintang Kamerun, Samuel Eto'o, kepada SoccerLife2, majalah sepak bola Afrika Selatan. Pantaslah jika Roger Milla, bintang legendaris Kamerun, terlalu asyik bermain sepak bola indah ketimbang memenangi pertarungan ketika nyaris mempermalukan Inggris pada perempat final Piala Dunia 1990.

Di tengah sepak bola dunia yang menurut Franz Beckenbauer sudah terlalu fisikal, patuh pada skema pelatih, dan mementingkan bisnis, layaklah kita merindukan apa yang dinyanyikan K'naan dalam lagu tema Piala Dunia, Wavin' Flag, sebagai "bersukacita dalam permainan yang indah". Kita ingin menyaksikan sepak bola kembali merayakan keindahan, kesederhanaan, dan keriangan sebuah permainan seperti yang diperagakan anak-anak di sudut-sudut Afrika yang getir.

"Di Afrika, sepak bola adalah alasan kami punya kaki," kata Kalala. Di Addis Ababa, bola atau soka atau mpira adalah alasan Oumar menikmati sisa hidup yang teramat berharga.

Yos Rizal Suriaji, Wartawan Tempo

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mesut Ozil. REUTERS/Kenan Asyali
Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.


Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Juventus mendapatkan Sami Khedira secara gratis setelah kontraknya tidak diperpanjang oleh Real Madrid pada 2015. Hingga saat ini Khedira tetap jadi andalan di lini tengah Juventus. Instagram/@sami_khedira6
Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.


Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Kiper sekaligus kapten Prancis, Hugo Lloris, memegang trofi Piala Dunia saat pesta penyambutan di Istana Presiden Elysee, Paris, 16 Juli 2018. (Ludovic Marin/Pool Photo via AP)
Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.


Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia.
Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.


Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Ekspresi kiper Leicester, Kasper Schmeichel, dalam pertandingan Liga Inggris melawan Aston Villa di Stadion Villa Park, 16 Januari 2016. Reuters / Darren Staples
Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.


3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

Ilustrasi sepak bola. Benevolat.org
3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.


Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Striker klub Real Madrid, Cristiano Ronaldo membawa bola saat ikuti sesi latihan bersama rekan setimnya di Yokohama, Jepang, 14 Desember 2016. REUTERS
Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.


River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

FIFA (Federation Internationale de Football Association). (logos.wikia.com)
River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.


Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Reaksi pemain Uruguay, Luis Suarez, setelah gagal mencetak gol  dalam pertandingan persahabatan melawan Kosta Rika di Montevideo, Uruguay, 13 November 2014. Uruguay kalah lewat adu penalti 6-7. AP/Matilde Campodonico
Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.


Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Lionel Messi (kiri) dan Sergio Aguero melakukan peregangan jelang pertandingan melawan Belanda pada semifinal piala dunia di Brazil, 8 Juli 2014. REUTERS/Dylan Martinez
Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.