"Apa enggak bosan," tanya teman saya yang tidak suka sepak bola, "selama sebulan menonton bola melulu?"
Saya tersenyum dan berkata, "Lebih tepatnya 64 pertandingan."
"Tuh kan, itu artinya, rata-rata ada lebih dari dua pertandingan setiap hari. Apa enggak muntah?"
"Apa kamu pernah bosan makan nasi Padang? Nonton pertandingan sepak bola selama sebulan sama seperti makan di restoran Padang selama seminggu. Setiap hari kita menemukan kombinasi menu yang berbeda. Tak ada yang terulang, setidaknya kemungkinan itu sangat tipis. Dua tim yang ditakdirkan berada dalam satu grup hanya bisa bertemu kembali di final. Kalaupun ini terjadi, pertemuan kedua itu dijamin tak akan sama dengan pertemuan pertama."
Bagi yang tidak terbiasa menonton sepak bola, selama sebulan penuh melihat 22 pria bercelana pendek berlarian kesana-kemari mengejar bola, mungkin menjemukan. Tapi, bagi yang sehari-hari (setidaknya setiap akhir pekan) menonton sepak bola, Piala Dunia adalah puncak dari semua itu.
Tapi, selain soal kecantikan permainan, ada hal lain yang membuat kita tidak pernah bosan menonton Piala Dunia selama sebulan. Hal lain itu bernama misteri. Tidak ada yang bisa benar-benar tepat memprediksi siapa yang akan menjadi juara, bahkan siapa yang akan sampai ke semifinal. Mungkin soal ini ada di semua cabang olahraga, tapi di sepak bola dunia, ketidakpastian itu jauh lebih tinggi.
Dan di situlah asyiknya. Ketidakpastian itu justru membuat Piala Dunia seperti Don Juan baru punya pacar: full of surprise. Setiap hari kita menunggu kejutan apa lagi yang akan muncul. Prediksi bukan berarti tak bisa dilakukan. Tapi ini tak semudah menebak hasil pemilihan bupati. Terlalu banyak elemen yang harus diolah agar prediksi menjadi tepat.
Kejutan yang kerap ditunggu-tunggu adalah munculnya kuda hitam. Enam negara Afrika bisa tiba-tiba mengalahkan tim tangguh di babak penyisihan grup atau putaran kedua. Bahkan bukan tak mungkin mereka mengulangi kesuksesan Kamerun pada 1990, masuk ke babak perempat final. Orang juga penasaran akan permainan tim pendatang baru seperti Korea Utara (meski tak terlalu berharap bisa lolos dari juru kunci grup).
Jika di penyisihan grup ada kejutan dari kuda hitam, di babak-babak selanjutnya akan ada sport jantung dari tim mapan. Di sini prediksi bisa benar-benar terjungkal-jungkal. Itulah kenapa, meski semua orang punya satu tim yang dijagokan, selalu ada tim kedua dan ketiga yang disembunyikan di kantong belakang. Jaga-jaga, siapa tahu tim yang diunggulkan keok di tengah jalan.
Beberapa hari lalu BBC mewawancarai 50 orang "pakar" sepak bola dari seluruh dunia untuk memprediksi siapa yang menjadi nomor satu. Hasilnya, sebagian besar memilih Spanyol. Brasil ada di urutan kedua, Argentina ketiga, dan keempat Inggris. Tentu saja ada banyak yang tidak setuju dengan prediksi ini. Ada banyak hal yang bisa membuat urutan itu terbolak-balik, atau bahkan ditambahi dan dikurangi.
Spanyol memang sedang naik daun. Sejak ditangani Vicente del Bosque pada Juli 2008, tim nasional ini berhasil memenangi 24 dari 25 pertandingan. Yang terakhir adalah melindas Polandia 6-0 dalam pertandingan uji coba pada 9 Juni lalu. Keenam gol itu dicetak oleh pemain berbeda. Artinya, ketajaman tim cukup merata. Tapi, apakah Spanyol bisa dipastikan merebut Piala Dunia seperti memastikan Cina merebut Piala Thomas? Tentu tidak.
Di luar keempat tim yang diunggulkan oleh responden BBC, masih ada Belanda, Italia, dan Jerman, yang sangat bisa menjadi juara. Adalah benar apa yang dikatakan Lothar Matthaus: "Yang saya prediksikan adalah Piala Dunia tetap akan penuh kejutan. Satu atau dua tim yang sebelum turnamen ini menjadi favorit mungkin akan KO di babak-babak awal."
Kita tunggu.
Qaris Tajudin, Wartawan Tempo