TEMPO Interaktif, JOHANNESBURG -- Ketat dan keras dalam pertandingan di tempat yang memiliki ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut.
Itulah yang bakal tersaji di Soccer City, Johannesburg, dalam lanjutan pertandingan Grup B hari ini. Pasalnya, Manajer Korea Selatan Huh Jung-moo sudah menginstruksikan kaptennya, gelandang Park Ji-sung, untuk melakukan penjagaan man to man kepada bintang Argentina, Lionel Messi. "Ikuti saja ke mana Messi pergi," kata Huh kepada andalan Manchester United, Park Ji-sung.
Untuk mendukung membekap langganan juara dunia dengan primadonya, Messi, dan mengatasi faktor ketinggian, Korea Selatan khusus membawa tabung oksigen dan membuat ruangan khusus dengan kadar oksigen di bawah normal untuk menggenjot kemampuan anak-anak Kesatria Taeguk dalam mengatasi masalah ketinggian itu.
Hasilnya sudah ada. Park luar biasa ketika memimpin Kesatria Taeguk mempermalukan juara Euro 2004, Yunani, 2-0 pada partai pertama. Selain mencetak gol kedua, ketahanan jantungnya luar biasanya. Bila ditotal, ia mampu berlari sepanjang 10,844 kilometer di laga perdana Grup B itu untuk bermain bertahan maupun menyerang. Data itu lebih unggul dari Messi, yang berlari sejauh 8,351 kilometer melawan Nigeria, dan hanya terfokus di lini depan. Messi membuat 84 kali umpan dan delapan tembakan. Adapun Park 39 umpan dan dua tembakan.
Sementara Messi beroperasi dari sayap kiri, Park akan berada di pos lamanya, sayap kanan, sebagaimana ketika bintang Asia di Eropa itu sukses memastikan maskot Barcelona itu pada semifinal kedua Liga Champions 2008. Berkat Park, skuad Alex Ferguson itu menang 1-0 atas Barca dan melaju ke final. Tapi, bila Messi bergerak ke tengah sebagai "penyerang lubang" di belakang Gonzalo Higuain atau Diego Milito dan Carlos Tevez, Park juga akan pindah ke tengah untuk menutup pemain terbaik dunia itu.
Ketika menang tipis 1-0 atas Nigeria, Sabtu lalu, Messi membuktikan bahwa ia susah dimatikan, meskipun dengan taktik penjagaan perseorangan. Dribelnya mengagumkan. Ia mampu menyentuh bola dua kali hanya dalam waktu 0,2 detik dan jarak bola dengan kakinya tak lebih dari 70 sentimeter.
Tapi Huh bisa belajar dari kesuksesan Jose Mourinho ketika mengalahkan Barcelona di semifinal Liga Champions musim lalu. Terfokus untuk mematikan Messi tak cukup. Arsitek Korea Selatan itu juga harus mempersempit ruang gerak Tevez dan kawan-kawan agar Messi kesusahan menyuplai bola. Pasalnya, sukses Messi memberi umpan terobosan hampir 80 persen.
Gelandang jangkar Korea Selatan, Kim Jung-woo dan Ki Sung-yueng, serta bek tengah Lee Jung-soo menjadi pilar Huh dalam membuat tim Tango kesulitan bergerak. Pemain Argentina, seperti Tevez, Angel di Maria, dan kapten Javier Mascherano, bisa sangat berbahaya jika mendapat celah dari tengah atau sayap.
Park, yang menjadi man of the match partai Korea Selatan versus Yunani, optimistis memang. "Argentina tim terbaik di grup kami. Tapi, jika kami bisa main seperti melawan Yunani, kami bisa meraih hasil yang bagus," katanya. Messi, dalam konferensi pers di Pretoria, mengakui Korea Selatan cepat dan kuat, tapi ia yakin timnya hanya perlu waspada terhadap konsistensi penampilan mereka sendiri.
Adapun Tevez, yang dipuji selangit oleh pelatihnya, Diego Maradona, mengatakan akan melakukan apa pun untuk mempertahankan kolektivitas tim. "Saya siap main di mana saja, sayap kiri, kanan, atau di tengah, seperti melawan Nigeria. Kendalanya hanya ada pada suara vuvuzela yang sangat berisik. Anda harus berteriak keras. Jadi melawan Korea, saya akan berkomunikasi dengan Messi dan Higuain dengan saling melihat wajah masing-masing," kata bintang Manchester City itu.
Hari ini Tevez akan berhadapan dengan sahabatnya ketika sama-sama memperkuat Manchester United, Park Ji-sung. "Ia pemain yang hebat," kata penyerang Argentina itu. Kiper Korea Selatan, Jung Sung-ryong, yang secara mengejutkan tampil sebagai starter melawan Nigeria menggeser posisi seniornya, Leee Woon-jae, sudah tak sabar menghadapi Tevez dan kawan-kawan. "Saya masih SMA ketika Lee Woon-jae main gemilang di Piala Dunia 2002. Saya bermimpi bisa main dan akhirnya itu terjadi. Argentina punya pemain terbaik, tapi kami akan mampu mengimbanginya," kata Jung. THE CHOSUN ILBO | KOREAN TIMES | REUTERS | YONHAP | PRASETYO
Maradona: Waktu Itu Korea Main Taekwondo
JOHANNESBURG -- Pelatih Argentina, Diego Maradona, sudah tak asing dengan pelatih Korea Selatan, Huh Jung-moo. Mereka berhadapan sebagai sesama pemain dalam partai pembukaan Piala Dunia 1986 di Meksiko. Saat itu Korea Selatan berusaha habis-habisan menekan Maradona. "Saya ingat sekali Huh," kata Maradona ketika mereka bertemu kembali Desember tahun lalu. "Pada 1986, Korea tidak bermain sepak bola melawan kami, tapi bermain taekwondo," kata bintang sepak bola legendaris Argentina itu.
Taekwondo adalah olahraga seni bela diri kebanggaan Korea yang sudah mendunia. Tapi, dalam konteks itu, Maradona sedang tidak memuji, tapi mengejek. Pasalnya, Huh dan kawan-kawan waktu itu berusaha memakai segala cara untuk mematikan Maradona, tapi gagal. Maradona dengan keajaibannya membawa Tango menang 3-1 atas Kesatria Taeguk dan kemudian menjadi juara dunia.
BERBAGAI SUMBER | PRASETYO