Keluhan Gattuso disambut secepat kilat media Negeri Pizza. Intinya, media mengepak kekesalannya dengan kata La Vergogna, yang berarti malu.
“Pesawat yang dinamakan malu akan segera pergi,” keluh harian La Stampa setelah melihat Italia terpojok di posisi buncit setelah dua kali bermain seri dengan skor sama 1-1 dengan Paraguay dan Selandia Baru pada klasemen Grup F.
“Italia, juara dunia, meninggalkan Afrika Selatan untuk kembali ke rumah dengan hasil memalukan,” tambah La Stampa dalam artikelnya. “Pulang ke rumah dengan memalukan,” sebut harian olahraga Gazzetta dello Sport dengan emosional pada judul kepala beritanya. Judul yang sama dipampang La Republicca. “Italia yang memalukan”. “Tim nasional terburuk Italia yang pernah ada, sebenarnya, terburuk yang pernah ada,” jelas surat kabar tersebut.
Dalam beritanya, La Republicca menulis “berakhirnya sebuah generasi dan sebuah ilusi”. Setelah mengangkat trofi di Berlin empat tahun lalu, tulis La Republicca “italia memang layak tersingkir”. Pernyataan itu mengamini kekesalan fans yang memenuhi pelbagai forum di internet setelah berakhirnya pertandingan dengan mengatakan betapa leganya mereka mengetahui Italia bisa menghindari aib yang lebih buruk di babak knock out.
“Ini sepertinya tepat bahwa kecil, Italia yang hampir seperti cerita komik pulang kampung,” tambah La Republicca, yang merujuk bahwa ini ketiga kalinya Italia terseok-seok di penyisihan grup dan untuk pertama kalinya bertengger di peringkat dasar.
“Sepanjang 270 menit kami terus menembakkan bola ke gawang Slovakia tujuh atau delapan kali,” ketus La Republicca dalam artikelnya. “Tidak ada alasan, bahkan cedera pun tidak bisa dijadikan alasa. Cannavaro adalah mantan pemain dan hampir semua pemain Italia terdampar. Kami adalah juara dunia dan kini kami menjadi bahan ejekan dunia,” jelas koran tersebut.
Jika jajak pendapat internet beramai-ramai menyalahkan kegagalan tim kesayangannya, media Italia tanpa tedeng aling-aling menunjuk hidung Marcello Lippi sebagai biang keladinya. “Kembali menunjuk Lippi sebagai pelatih adalah sebuah kesalahan. Ia tidak mempunyai tujuan, setelah dua tahun tidak melakukan apapun, bekerja membangun sebuah tim nasional yang baru, ketimbang mengamankan dan memperpanjang hidup timnas yang mengangkat gelar Piala Dunia bersamanya”.
Lippi memanggil pemain-pemain yang biasa bermain kompak. Namun, banyak pengamat menuding ketika tampil melawan Slovakia tidak ada semangat yang ditunjukkan oleh Canna dan rekannya. Salah satu pengamat, Bocca bahkan melihat Italia bermain sama seperti orang yang tidak terlihat hidup.
“Ini jelas bukannya keretakan di ruang ganti, seperti pemberontakan yang dilakukan tim Prancis. Sebaliknya, sebuah tim tanpa kehidupan atau kepribadian,” tulis Bocca. La Republicca menjelaskan bahwa Lippi memilih tim tanpa pemain berpengalaman. “Sepak bola kami tidak mempunyai hal yang ingin ditawarkan sayangnya”.
Namun, satu menit setelah peluit panjang menggema, 76 persen responden laman Corriere della Sport, menyalahkan Lippi. Pelatih yang tetap terlihat tenang itu memang mengaku bertanggung jawab atas kegagalan timnya.
“Semoga sukses bagi penerus saya,” ujar Lippi kepada penerusnya Cesare Prandelli, mantan pelatih Fiorentina. Sulit membayangkan malapetaka di dalam dunia olahraga,” keluhnya setelah menyaksikan tersingkirnya Italia.
GUARDIAN | BAGUS WIJANARKO