Permohonan maaf itu diucapkan Evra dalam sebuah wawancara di stasiun televisi TF1, Jumat (25/6). Bek Manchester United itu mengatakan “luka telah terbuka dan kita semua merasa sakit saat ini“, tapi ia menegaskan tim Prancis harus terus melangkah maju.
Evra mengungkapkan para pemain Prancis ingin menunjukkan solidaritas terhadap striker Nicolas Anelka yang diusir pulang dari skuad lantaran menghina pelatih Raymond Domenech seperti yang dberitakan sejumlah media Prancis.
“Dalam kondisi seperti itu, terkadang kita bisa melakukan tindakan bodoh lantaran rasa cinta,” kata Evra yang menambahkan bahwa aksi mogok latihan Minggu (20/6) itu merupakan keputusan yang diambil bersama-sama.
Dua hari kemudian, juara Piala Dunia 1998 itu tersingkir kalah 1-2 dari tuan rumah Afrika Selatan dan tersingkir dari babak penyisihan dengan catatan satu hasil imbang dan dua kekalahan dari tiga pertandingan.
“Ini sebuah kegagalan total, dan kami merasa sangat menyesal dan hancur, tapi kita harus menegakkan kepala dan memandang ke masa depan,” ujar Evra.
Mantan kapten Prancis, Thierry Henry, mengatakan perselisihan di ruang ganti adalah hal bisa di sepakbola, tapi bocornya kasus Anelka ke pihak media menjadikan kasus ini berbeda.
“Sayangnya, semua itu terjadi di ruang ganti,” kata Henry dalam wawancara dengan stasiun televisi Canal Plus yang ditayangkan Jumat. “Perbedaannya adalah: kejadian itu terdengar keluar, dan saat itu terjadi, dimensinya jadi berbeda.”
Meski begitu, Henry tetap menyadari bahwa tindakan mogok latihan itu bukan tindakan yang benar.
“Memang, jika menengok ke belakang, ketika kita melihat konsekuensi yang dimunculkannya, kita bisa bilang itu sebuah ksalahan,” kata Henry.
AP | A. RIJAL