TEMPO Interaktif, Cape Town - Lengkingan suara vuvuzela yang tak henti-henti di setiap stadion tempat berlangsungnya pertandingan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan tak terhindarkan. Suara yang dikeluarkan terompet khas Afrika Selatan sepanjang 1 meter dan berbahan plastik itu mencapai 127 desibel.
Bayangkan bila setengah dari kapasitas stadion yang mampu menampung 70 ribu penonton itu meniup vuvuzela bersamaan, maka suara yang dihasilkan sangat dahsyat. Melalui layar televisi saja, kita bisa mendengar suara yang dihasilkan vuvuzela itu mirip suara dengungan segerombolan lebah yang sedang marah.
Tapi untunglah para insinyur yang membangun stadion sadar bahwa gemuruh suara kombinasi dari vuvuzela dan teriakan penonton itu bisa mengganggu para penghuni di sekitar stadion. Mereka pun memutar otak mencari cara untuk meredam suara bising itu agar tak terdengar hingga keluar stadion.
Salah satu stadion terbuka yang dipakai untuk pesta Piala Dunia 2010 terletak di Cape Town, yakni Stadion Green Point. Saat akan didirikan, banyak warga sekitar yang menentang. Salah satu alasannya adalah mereka menduga pasti akan terganggu oleh suara bising dari stadion saat pertandingan berlangsung.
Agar suara bising tak terlalu terdengar hingga keluar stadion, tim desain dari perusahaan Jerman, Schlaich Bergermann, menutup sebagian atas stadion dengan atap yang terbuat dari kaca. Inilah atap berbahan dasar kaca terbesar yang pernah dibuat.
Atap seluas 121,39 meter persegi itu terdiri atas 9.000 panel kaca setebal 12,7 milimeter. Panel-panel tersebut disusun membentuk lingkaran di atas tempat duduk penonton. Bahan teflon dan fiberglass yang saling bertautan digantung di bawah atap kaca tersebut.
Bahan-bahan tersebut mampu memantulkan suara bising yang dihasilkan vuvuzela dan teriakan penonton untuk kembali ke dalam stadion. Teknik itu terbukti mampu meredam suara bising keluar dari stadion melalui lubang di atasnya. Teriakan penonton yang memadati Stadion Green Point dipercaya dapat menyemangati para pemain.
Selain berfungsi sebagai peredam suara, atap kaca tersebut mampu melindungi penonton di dalam stadion dari cuaca yang cepat berubah. Di Cape Town, ada gurauan yang menyebutkan bahwa di sana dalam satu hari bisa ada empat musim. Sebab, kota metropolitan ini terletak pada pertemuan udara dari dua samudra, yakni antara udara hangat dari Samudra India dan udara dingin dari Samudra Atlantis.
Tak hanya tepat terletak di tepi pantai, tapi Stadion Green Point ini juga berada di kaki Gunung Table. Akibatnya, angin di sekitar stadion itu mampu berembus hingga 80 kilometer per jam. Atap kaca berbentuk cekung itu pun mampu menahan angin dan membuangnya kembali ke sekitar stadion.
POPSCI.COM | FIFA | FIRMAN ATMAKUSUMA