Carlitos--sebutan Teves--memecah kebuntuan dengan gol kontroversial pada menit ke-26. Kubu Meksiko memprotes keras gol itu kepada wasit Roberto Rosseti dari Italia. Pasalnya, terlihat jelas dalam tayangan gerak lambat Tevez berada di posisi offside saat menyundul bola lambung dari Lionel Messi.
Namun, tidak ada satu pihak pun yang menyangsikan gol keduanya. Tendangan geledeknya dari jarak 23 meter merobek gawang Oscar Perez tanpa ampun. Stadion Soccer City memuja Carlitos, yang terpilih sebagai pemain terbaik dalam laga itu. "Saya butuh pertandingan seperti itu," ujarnya kemarin.
Satu gol Argentina lainnya dibukukan Gonzalo Higuain, yang kini memuncaki top scorer di Afrika Selatan dengan empat gol. Satu-satunya gol balasan Meksiko dicetak oleh Javier Hernandez.
Teves menolak berkomentar banyak tentang gol pertamanya yang kontroversial. "Yang terpenting adalah kami telah lolos ke perempat final. Mengenai gol-gol saya? Well, saya hanya ingin efektif. Beberapa menit pertama kami mengalami kesulitan. Kami tak mampu mengendalikan pertandingan. Mereka sempat membuat segalanya sulit bagi kami," katanya.
Sedangkan pelatih Meksiko, Javier Aguirre, tak mau mempermasalahkan gol kontroversial Tevez. "Saya tak akan berbicara terlalu banyak tentang kepemimpinan wasit," Aguirre menegaskan. "Kami kehilangan konsentrasi setelah gol offside itu. Kami tiba-tiba sudah tertinggal 0-2 dan itu terlalu berat untuk dikejar," kata Aguirre.
"Kami punya banyak pemain muda, banyak dari mereka yang baru berusia 21 tahun. Mereka akan bermain lebih baik dalam empat tahun ke depan," ia melanjutkan.
Kembali ke Tevez. Penyerang 26 tahun ini memenuhi instruksi pelatih agar meninggalkan kebiasaannya turun ke lini tengah. Pemain berjulukan El Apache ini terus berlari di daerah pertahanan Meksiko dan memecah konsentrasi lawan. "Ini bukan pertandingan mudah," katanya.
Tampil meragukan selama membela negaranya dengan hanya menyumbang tujuh gol dari 53 caps, Carlitos jadi pilihan utama Albiceleste di Afrika Selatan. "Tidak mungkin saya mengesampingkannya dari starting eleven," ujar Maradona. Walaupun Carlitos terus gagal menciptakan gol dalam tiga pertandingan awal, sang pelatih membelanya. "Dia bermain baik dan performanya mengagumkan," katanya.
Dua gol itu membuktikan kata-kata Si Tangan Tuhan. Keduanya berpelukan seusai sang pemain mencetak gol. "Saya membuktikan bahwa saya tidak mati," kata Carlitos. Menurut dia, empat penampilannya di Afrika Selatan adalah performa terbaiknya sejak membela Argentina pada 2004. "Semoga saya bisa mempertahankannya," katanya.
Rekannya ikut memuji. Menurut bek Nicola Burdisso, penyerang Manchester City itu merupakan pemain yang mampu mengubah jalan pertandingan. "Dia menyelesaikan pertandingan dengan gol ajaib," katanya.
Carlitos meminta maaf karena menunjukkan ekspresi kecewa saat Maradona menariknya pada pertengahan babak kedua. "Saya tidak seharusnya begitu," katanya.
Kini Argentina bersiap menghadapi Jerman pada 3 Juli nanti. Tim Panser itu menaklukkan Argentina pada Piala Dunia lalu. Namun El Apache, yang juga ikut di skuad Argentina saat itu, menolak menggunakan kata balas dendam. "Kami harus tetap dingin dan belajar dari kesalahan 2006," katanya.
Pada perempat final 2006, Jerman mendapat dukungan penuh publik untuk menyingkirkan Argentina lewat adu penalti setelah bermain imbang 1-1 selama 120 menit. FIFA | REUTERS | REZ M | A. RIJAL
SUSUNAN PEMAIN
ARGENTINA: 22-Sergio Romero; 15-Nicolas Otamendi, 2-Martin Demichelis, 4-Nicolas Burdisso, 6-Gabriel Heinze, 14-Javier Mascherano, 20-Maxi Rodriguez (23-Javier Pastore 87), 7-Angel Di Maria (17-Jonas Gutierrez 79), 10-Lionel Messi, 11-Carlos Tevez (8-Juan Sebastian Veron 69), 9-Gonzalo Higuain.
MEKSIKO: 1-Oscar Perez; 16-Efrain Juarez, 2-Francisco Rodriguez, 4-Rafael Marquez, 3-Carlos Salcido, 5-Ricardo Osorio, 18-Andres Guardado (9-Guillermo Franco 61), 6-Gerardo Torrado, 21-Adolfo Bautista (7-Pablo Barrera 46), 17-Giovani Dos Santos, 14-Javier Hernandez