TEMPO Interaktif, Jakarta -Ganteng, kaya, jago bola bukanlah jaminan perilaku sopan. Cristiano Ronaldo buktinya. Bintang bola termahal sedunia ini begitu frustrasi saat gagal mengantar Portugal, negaranya, ke babak perempat final. Mereka tersingkir dari Piala Dunia setelah dikalahkan Spanyol 0-1, Kamis pekan lalu.
Saking frustrasinya, seusai pertandingan, Ronaldo sempat-sempatnya meludah ke arah juru kamera televisi. Sial bagi Ronaldo. Adegan ini terekam kamera televisi. Tak ayal, rekaman pun tersebar ke seluruh dunia. "Ronaldo Murka, Meludahi Kamerawan TV", begitu antara lain headlines koran Inggris, Daily Mail.
Jelas ini bukanlah pertama kalinya Ronaldo berulah. Dua tahun lalu, dalam putaran kelima FA Cup, dia meludahi Robbie Savage, gelandang Derby County. Saat itu pun Ronaldo tak kena sanksi. Padahal meludahi lawan main adalah pelanggaran berat.
Tapi soal ludah-meludah, Ronaldo masih kalah brutal dari Frank Rijkaard, bintang Ajax dan kesebelasan Belanda. Kebrutalan ini dia pertontonkan dalam Piala Dunia 1990 di Italia.
Saat itu, tim Belanda berhadapan dengan Jerman di babak 16 besar. Permainan baru 21 menit, kedudukan masih 0-0. Voller merangsek ke pertahanan Belanda. Tiba-tiba Rijkaard melabrak dengan tackling kasar. Voller terjatuh, wasit pun mengganjar Rijkaard dengan kartu kuning.
Kesal mendapat kartu kuning, Rijkaard melampiaskan dendam. Sasarannya bukan wasit, melainkan Voller. Kebetulan penyerang klub Bayer Leverkusen ini berada di dekatnya. Lalu... cuuh... mendaratlah cairan kental Rijkaard pada rambut Voller yang ikal.
Tentu saja Voller protes. Dia mengadu ke wasit. Hasilnya? Wasit Juan Loustau dari Argentina malah mengganjar Voller kartu kuning, tak peduli si ikal ini dengan frustrasi menunjuk-nunjuk ludah Rijkaard di rambutnya.
Tapi insiden ludah belum selesai. Ketika pertandingan dilanjutkan, Voller terjatuh di kotak penalti Belanda. Rijkaard menuding Voller sengaja menjatuhkan diri agar mendapat hadiah penalti. Lalu, tanpa ampun, dia menginjak kaki Voller.
Kesal akan ulah dua pemain bintang ini, wasit pun mengusir mereka keluar lapangan. Saat berjalan keluar lapangan inilah Rijkaard lagi-lagi meludahi Voller. Ulah ini dia ulangi lagi saat mereka berdua menuju kamar ganti.
Untunglah Voller tak meladeni aksi Rijkaard. Tapi tidak dengan media Jerman. Sejak itu, mereka menjuluki Rijkaard dengan sebutan "Si Llama". Llama adalah sejenis unta yang hobinya meludah.
Ronaldo dan Rijkaard hanya sedikit di antara contoh bintang bola yang punya hobi meludahi lawan. Bintang AS Roma, Francesco Totti, pernah dihukum tak boleh ikut tiga pertandingan gara-gara meludahi gelandang Denmark, Christian Poulsen, di final Euro 2004. Masih ada nama lain, seperti kapten Chelsea, John Terry, yang meludahi striker Manchester United, Carlos Tevez, dalam babak final Liga Champions.
Mengapa mereka gemar meludah? Ada yang bilang, sepak bola olahraga keras. Pemain harus berlari terus-menerus, bertabrakan dengan lawan. Pemain stres, cairan saliva meningkat, dan mereka harus meludahkannya. Saat emosi meningkat, tanpa dosa, mereka semburkan ludah ke lawan. Tapi rugbi atau basket tak kalah kerasnya.
Nyatanya, aksi main ludah di olahraga ini tak sering terjadi.
Aturan FIFA sebetulnya sangat keras soal meludah. Meludah boleh-boleh saja, asalkan jangan disemprotkan ke lawan atau wasit. Sekali saja meludahi lawan, apalagi wasit, hukumannya kartu merah.
Tapi mungkin ini soalnya: wasit kesulitan memastikan kapan ludah itu memang sekadar dikeluarkan dari mulut dan kapan memang disemprotkan ke orang. Rijkaard berkilah hanya membuang ludah ke rumput. Bahkan, meski jelas-jelas ludahnya menempel pada rambut Voller pun, dia ngotot tak bermaksud meludahi. Begitu pula Ronaldo, lolos dari hukuman.
Untunglah, hukuman dari publik sering lebih keras dari hukuman wasit. Aksi Ronaldo meludahi kamerawan TV dikecam seluruh dunia. Untung pula Portugal tak main lagi. Jika tidak, jangan-jangan kita harus melihat ulang kelakuan bintang minuman suplemen itu. Yayyy... jijaaay...!
Daru Priyambodo (daru@mail.tempo.co.id)