TEMPO.CO, Rio de Janeiro - Taurus adalah nama seekor anjing di rumah teman Brasil saya. Berbeda dengan anjing-anjing lain, ketika pertama kali saya datang ke sana, reaksinya dingin. Dia hanya mendelik, menatap, lalu membiarkan saya berjalan ke arahnya. Saya, yang semula kaget dan bercampur takut, jadi ikut-ikutan cuek.
Padahal anjing di mana pun, setiap kali melihat orang baru atau yang asing, biasanya akan menggonggong tanpa henti. Kalau itu yang terjadi, pasti saya akan kabur dan ogah menginjak rumah itu lagi. Tapi anjing ini tidak.
Belakangan saya tahu bahwa Taurus, untuk ukuran usia hewan itu, sudah tergolong renta. “Umurnya sekitar 18 tahun. Dia datang hampir bersamaan ketika saya menyelesaikan pembangunan rumah ini,” kata teman saya itu.
Alhasil, sehari-hari dia hanya diam di tempat yang disediakan pemiliknya, yakni di bagian atas rumah. Dia tinggal di tempat yang hanya disekat oleh pagar kayu. Kecuali bisa membuka pintu itu, dia tidak mungkin kabur.
Kalaupun nekat, dia harus melompati tembok setinggi sekitar 2 meter. Beberapa kali saya sempat memergokinya hendak melompat, tapi dia galau dan mengurungkan niatnya itu. Lalu, dia pun kembali tertidur dan sesekali saja menggonggong.
Saat yang membuatnya bersemangat adalah jika beberapa orang yang mengenalinya sejak dulu datang ke rumah itu. Seketika dia bangkit setelah kerabat si tuan rumah datang untuk sekadar menyapanya. Dia pun menggonggong kesenangan.
Orang mengajak bicara anjing bukan hari itu saja saya lihat. Di lain waktu, seorang bapak malah asyik mengajak bicara dan menggoda seekor anjing ketimbang berbicara dengan orang yang membawa anjing itu dengan ikatan di lehernya.
Anjing menjadi teman bagi orang di sini. Di jalanan, banyak sekali orang berjalan sambil menuntun anjingnya, yang terlihat gembira meski gerakannya terbatas karena terikat tali.
Pada sore hari, banyak anjing terlihat dibawa oleh pemiliknya untuk berjalan-jalan. Anjing-anjing itu, baik yang lucu maupun yang terlihat gahar, tampak bahagia berada di samping pemiliknya. Kadang, dengan sambil berlari kecil, mereka menyalak. Si pemilik juga tak kalah bangga menuntun anjingnya.
Taurus dulu juga begitu. Di masa mudanya, dia adalah anjing yang gahar. “Dulu dia gagah. Dia itu pitbull. Kalau dibawa ke luar, harus diikat tali,” kata sang teman. Hampir tak ada anjing yang berani kepadanya.
Tapi sekarang, bagi Taurus, masa-masa itu sudah berlalu. Taurus yang dulu gagah perkasa kini hanya menjadi anjing tua yang kesepian. Teman-temannya, musuh-musuhnya, dan juga kejayaannya telah lama meninggalkannya dan mencampakkannya.
Jangankan gagah, apalagi gahar, katanya untuk berjalan lama saja dia sudah kecapekan. Dia hanya bisa berada di pojok rumah. Menghabiskan waktu dengan tertidur dan sesekali menggonggong. Suaranya pun tak nyaring lagi.
IRFAN BUDIMAN (Rio de Janeiro)