Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wasit

image-gnews
Wasit Andre Marriner menunjukkan kartu kuning saat memimpin pertandingan antara Sheffield United dan Fulham di Bramall Lane, Sheffield, Inggris, (26 Januari 2014). (Photo by Laurence Griffiths/Getty Images)
Wasit Andre Marriner menunjukkan kartu kuning saat memimpin pertandingan antara Sheffield United dan Fulham di Bramall Lane, Sheffield, Inggris, (26 Januari 2014). (Photo by Laurence Griffiths/Getty Images)
Iklan

TEMPO.CO - Wasit adalah tanda hadirnya peradaban dalam sepak bola. Ia bukanlah pusat perhatian di lapangan hijau, tapi keberadaannya menentukan permainan dan membuat kita bisa menikmati pertandingan. Seorang wasit, dengan warna kostum mencolok dan berbeda dengan kostum dua tim yang bertanding, memang ikut berlari ke mana arah bola menggelinding, tapi tak punya hak menyentuhnya.

Ia hakim di lapangan yang keputusannya mutlak. Tak ada hukum apa pun yang bisa menganulirnya ketika peluit telah ia tiup. Richard Mulcaster, seorang guru olahraga di sekolah menengah Merchant Taylor's, Inggris, ketika mengkampanyekan perlunya wasit dalam pertandingan sepak bola pada 1581, awalnya memang ingin permainan ini sebagai olahraga untuk kebugaran. Karena melibatkan orang dalam jumlah banyak, perlu aturan agar pertandingan tak berakhir rusuh.

Sejak Marco Polo mengenalkan calcio di Italia setelah lawatannya ke Jepang dan menonton kemari pada abad ke-13, sejarah sepak bola Eropa adalah permainan brutal yang tak mengenal aturan. Raja-raja Inggris dan Prancis secara bergantian melarang sepak bola dan meminta gereja mengeluarkan fatwa bahwa ini adalah permainan setan yang dibenci Tuhan.

Mulcaster tampil sebagai penengah konflik raja dan rakyatnya itu. Ia membuat aturan agar fute-ball tak sekadar saling berebut bola di lapangan luas. Mula-mula, ia menganjurkan jumlah pemain dua tim yang bertanding harus sama, perlu gawang sebagai batas dan tujuan permainan, serta orang yang menghitung skor sebagai cikal bakal wasit. Sejak itu, meski sepak bola masih menjadi lambang permainan kaum bawah hingga abad ke-18, sepak bola Inggris mulai tertib.

Kini, aturan-aturan itu kian kompleks dan wasit bertugas menegakkannya. Dengan tensi pertandingan yang tinggi, seorang wasit dituntut tak boleh kecolongan oleh kepura-puraan pemain di tengah gemuruh penonton dan jeli melihat sebuah kesalahan. Pemain yang melanggar disemprit, yang berbuat curang diperingatkan, yang melanggar dengan sengaja dikeluarkan. Seperti hakim, para wasit membuat keputusan dengan mengukur niat para pemain.

Mungkin karena dituntut berkonsentrasi penuh itu wajah para wasit terlihat sangar, serius, dan kaku. Tapi karena peran wasit itulah kita menyaksikan seni di lapangan hijau: manusia berebut bola, beradu cepat, dan mengharmonikan strategi untuk satu tujuan, yakni saling mengalahkan. Dalam Piala Dunia seperti hari-hari ini, sepak bola adalah drama dua babak tentang nasionalisme selama 90 menit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada emosi dan strategi di sana. Di televisi itu kita menyaksikan kelincahan para pemain Cile membantai juara bertahan Spanyol yang kelelahan karena usia dan dipaksa tak bisa mengembangkan tiki-taka. Kesolidan pemain bertahan tim Cile yang dipadukan dengan kecepatan para pemain muda membuat kita menikmati sepak bola sebagai sebuah teater kolosal tanpa skenario.

Di tribune, para penonton bersorak dalam gemuruh yang pekak. Mereka larut dalam emosi kemenangan karena tim yang didukungnya unggul, atau bersedih karena timnya kalah. Dalam sepak bola modern, penonton telah menjadi pemain ke-12, karena perannya menyemangati para pemain untuk menang. Tapi, di sebuah peradaban, seorang wasit tidak perlu takut pulang tak selamat karena setiap keputusannya pasti merugikan satu kubu sekaligus menguntungkan kubu yang lain.

Dan itulah pertandingan. Kata ini mengandung makna bahwa persaingan dan saling menundukkan tetap terbatas pada aturan. Sepak bola, kata Marxis Italia, Antonio Gramsci, menuntut inisiatif, kompetisi, dan konflik, tapi dia dikendalikan oleh peraturan tak tertulis tentang fair play. Wasit menjaga aturan itu tetap tegak dengan kewibawaannya sebagai pengadil agar olahraga ini tetap berada dalam maknanya, yakni “sportivitas”.

Pada akhir pertandingan, kita mengenang gol yang indah, mencatat nama pemainnya, memuji strategi efektif para pelatih, lalu melupakan wasit yang memimpinnya.

BAGJA HIDAYAT, (@hidayatbagdja) 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mesut Ozil. REUTERS/Kenan Asyali
Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.


Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Juventus mendapatkan Sami Khedira secara gratis setelah kontraknya tidak diperpanjang oleh Real Madrid pada 2015. Hingga saat ini Khedira tetap jadi andalan di lini tengah Juventus. Instagram/@sami_khedira6
Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.


Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Kiper sekaligus kapten Prancis, Hugo Lloris, memegang trofi Piala Dunia saat pesta penyambutan di Istana Presiden Elysee, Paris, 16 Juli 2018. (Ludovic Marin/Pool Photo via AP)
Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.


Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia.
Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.


Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Ekspresi kiper Leicester, Kasper Schmeichel, dalam pertandingan Liga Inggris melawan Aston Villa di Stadion Villa Park, 16 Januari 2016. Reuters / Darren Staples
Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.


3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

Ilustrasi sepak bola. Benevolat.org
3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.


Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Striker klub Real Madrid, Cristiano Ronaldo membawa bola saat ikuti sesi latihan bersama rekan setimnya di Yokohama, Jepang, 14 Desember 2016. REUTERS
Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.


River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

FIFA (Federation Internationale de Football Association). (logos.wikia.com)
River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.


Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Reaksi pemain Uruguay, Luis Suarez, setelah gagal mencetak gol  dalam pertandingan persahabatan melawan Kosta Rika di Montevideo, Uruguay, 13 November 2014. Uruguay kalah lewat adu penalti 6-7. AP/Matilde Campodonico
Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.


Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Lionel Messi (kiri) dan Sergio Aguero melakukan peregangan jelang pertandingan melawan Belanda pada semifinal piala dunia di Brazil, 8 Juli 2014. REUTERS/Dylan Martinez
Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.