TEMPO.CO - Pertandingan ini adalah pertemuan dua tim yang sama-sama berada dalam posisi tak menguntungkan secara psikologis. Brasil terpukul setelah kalah telak 1-7 dari Jerman, sedangkan Belanda terpukul setelah kalah adu penalti dengan Argentina.
Maka, ibaratnya, kedua tim ini berangkat dari titik yang sama. Tim pelatih kedua tim harus memulai dengan membangun dan menyiapkan mental para pemainnya.
Di luar masalah mental tadi, saya melihat pertandingan ini sepertinya justru akan ditentukan oleh kebugaran fisik para pemainnya. Nah, dalam hal ini, saya melihat Brasil lebih unggul dibanding Belanda.
Brasil hanya bermain 90 menit ketika melawan Jerman. Sedangkan Belanda harus bermain hingga adu tendangan penalti. Selain itu, Brasil bermain sehari lebih awal dibanding Belanda. Mereka punya masa pemulihan fisik lebih banyak.
Saya melihat hal ini akan berpengaruh besar terhadap permainan kedua tim, khususnya Belanda. Dalam pertandingan semifinal lalu, saya melihat fisik Belanda kalah prima dibanding Argentina. Padahal, ketika itu masa pemulihan kedua tim hanya jeda beberapa jam. Bagaimana sekarang jika perbedaan waktu untuk pemulihan fisik mencapai satu hari?
Namun, Belanda bisa mengantisipasi masalah kebugaran fisik ini dengan melakukan rotasi pemain. Tempatkan pemain yang lebih bugar sebagai pemain utama. Ini adalah pilihan jika tak ingin kalah garang dibanding Brasil dalam pertandingan nanti.
Salah satu posisi yang layak dirotasi adalah sisi full-back. Memasukkan Daryl Janmaat untuk menggantikan Dirk Kuyt, misalnya, adalah pilihan bijaksana. Lalu, menggantikan Nigel de Jong yang belum 100 persen sembuh dari cedera dengan pemain lain juga bisa dipertimbangkan.
Lalu, memainkan Memphis Depay juga bisa menjadi pilihan bagus. Menurut saya, Memphis bisa menjadi alternatif bagi Louis van Gaal di lini depan. Ia pemain yang bagus dan cepat.
Adapun bagi Brasil, kembalinya kapten Thiago Silva akan menjadi angin segar. Ia bisa memperbaiki koordinasi di lini belakang Brasil yang berantakan dalam pertandingan melawan Jerman sebelumnya.
Meski begitu, saya tetap memberi catatan untuk tim samba. Pelatih Luis Felipe Scolari harus melakukan beberapa pergantian. Beberapa posisi yang harus diganti adalah di lini tengah, khususnya dua gelandang bertahan: Fernandinho dan Luis Gustavo.
Kedua pemain ini gagal menjalankan tugas dengan baik dalam pertandingan lalu. Mereka gagal menjaga keseimbangan tim. Ketika dua full-back naik, baik Fernandinho atau Gustavo, mereka tak bisa menutup ruang yang ditinggalkan. Perlu orang baru di posisi ini. Mungkin Ramires bisa menjadi opsi.
Selain itu, Scolari perlu mempertimbangkan untuk memainkan Daniel Alves untuk menggantikan Maicon. Saya tidak paham apa pertimbangannya sehingga Scolari sampai mencadangkan Alves dan memilih Maicon.
Saya tak berkomentar banyak soal lini depan. Bukan lantaran Fred atau Jo punya kualitas buruk, melainkan dalam pertandingan lalu penyerang memang tak mendapat suplai bola yang bagus.
Para pemain Brasil bermain seperti tim Inggris pada 1980-an: begitu tertekan langsung memberikan umpan langsung dari belakang ke lini depan. Harusnya, kalau pun mereka bermain seperti ini, Scolari harus membagi peranan gelandangnya dengan jelas. Siapa yang bertahan dan siapa membantu penyerangan.
Namun, dalam pertandingan melawan Jerman sebelumnya, pembagian tugas itu tidak jelas. Makanya para pemain Jerman dengan mudah bisa mematikan serangan Brasil. Mereka bisa mempertontonkan tiki-taka dan mempermainkan para pemain Brasil.
Menurut saya, Scolari akan belajar banyak dari kekalahan sebelumnya. Jadi, Brasil mungkin tak akan lagi bermain dengan umpan panjang yang tak efektif. Mereka punya kemampuan untuk bermain umpan pendek dan menyusun serangan secara bertahap. Hal itu, menurut saya, akan mereka dipertontonkan dalam laga nanti. Maka, saya menjagokan Brasil, 60-40!
RAHMAD DARMAWAN (Mantan Pelatih Tim Nasional, Pelatih Persebaya Surabaya)