Sebuah studi yang dipimpin oleh Greg Wood, seorang psikolog dari Universitas Exeter Inggris, melacak gerakan mata pengambil pinalti dalam tembakan dan mencatat bagaimana para pemain menendang bola dapat mengacaukan konsentrasi kiper di depannya.
"Kami fokus pada hal-hal di sekitar kami yang mengancam. Dalam sebuah tendangan pinalti, ancaman adalah seorang kiper," kata Wood. "Jika dia (kiper) dapat membuat dirinya lebih mengancam, dia dapat mengacaukan penendang. Melakukan (sesuatu) dengan cara bertingkah, dia dapat membuat penendang menendang bola dekat dengan kiper."
Tendangan pinalti dapat menjadi faktor penentu pada kejuaraan Piala Dunia di Afrika Selatan. Pemenang dua kejuaraan Piala Dunia, 1994 dan 2006, ditentukan oleh tendangan pinalti. Banyak pertandingan ditentukan oleh tendangan pinalti.
Sejak tendangan 12 pas diperkenalkan pada 1982, 20 di antaranya terjadi pada kejuaraan Piala Dunia.
Wood mengatakan pemain yang mengambil tendangan pinalti senantiasa punya tangung jawab, tetapi dia lebih banyak mengalami kecemasan, lebih-lebih dia harus bertatapan dengan kiper.
"Jangan memperhatikan kiper," kata Wood, yang hasil studinya diterbitkan di Journal of Sports Sciences. "Kontrol adalah senjata penendang dan harus benar-benar dikuasai, percaya diri, pandangan mata lurus, selanjutnya mata berhubungan dengan otak untuk mendapatkan informasi agar tendangan akurat."
AP | CHOIRUL