Sebelumnya, Aljazair juga kehilangan Abdelkader Ghezzal yang diusir keluar lapangan setelah mendapat kartu kuning kedua lantaran menahan bola dengan tangannya.
“Sepakbola memang penuh dengan kesalahan dan saya tak mau menyalahkan kedua pemain itu. Saya pikir, mungkin semua itu karena kondisi lapangan. Bola dan lapangannya sangat sulit buat kiper kedua tim,” kata pelatih Rabah Saadane.
“Kecepatan dan benturannya terutama dalam umpan-umpan silang sangat sulit. Para pemain harus menempatkan bola dengan sangat hati-hati,” lanjutnya.
Saat ditanya apakah kiper Chaouchi akan dibangkucadangkan dalam laga Aljazair berikutnya lawan Amerika Serikat, Jumat (18/6), Saadane menjawab: “Ia kiper terbaik yang kami punya saat ini.”
“Ia sudah bilang maaf. Ia meminta maaf kepada tim. Tapi, itu normal dan saya tak mau membahas insiden itu lagi.”
Dengan kekalahan itu Aljazair terbenam di dasar klasemen Grup C di bawah Inggris dan Amerika Serikat yang sama-sama mengantongi 1 poin. Slovenia bercokol di puncak dengan 3 poin.
“Situasi akan lebih sulit bagi kami. Peluang terbesar kami adalah pada laga ini lawan Slovenia dan kami melepas kesempatan itu,” ujar Saadane.
Keluhan tentang kondisi lapangan di stadion Peter Mokaba yang terbuat dari kombinasi rumput dan serat sintetis, juga datang dari kubu Slovenia. Ini kali pertama Piala Dunia dimainkan di lapangan sejenis itu.
“Saya tak setuju dengan lapangan ini. Kami baru mencobanya kemarin (Sabtu) saat latihan selama 60 menit. Saya tak menjadikannya alasan karena pengaruhnya buat kami dan Aljazair sama,” aku pelatih Matjaz Kek.
Koren yang mencetak satu-satunya gol kemenangan Slovenia juga melontarkan kritiknya: “Lapangannya sangat cepat dan itu menyebabkan sejumlah kesalahan.”
REUTERS | A. RIJAL