TEMPO Interaktif, Johannesburg -Di lapangan, saat terkepung keterbatasan dan terburu waktu, wartawan kadang kehilangan gambaran besar sebuah kejadian. Akhirnya fragmen-fragmen pun berlalu tanpa kita mengerti arti pentingnya.
Awal minggu ini, saat menyaksikan pertandingan antara Belanda dan Denmark di Stadion Soccer City, saya dan beberapa wartawan--termasuk dari luar negeri--dikejutkan oleh wanita cantik dalam balutan pakaian seksi berwarna oranye. Jumlahnya mencapai 36 orang.
Saya dan beberapa wartawan lain yang tengah menunggu suporter unik untuk diwawancarai tentu saja segera bergerak. Mereka sudah pasti sangat unik. Cantik-cantik, mengenakan pakaian mini tanpa lengan dengan potongan di atas paha, serta berjalan ke sana-kemari di udara yang menggigilkan tulang (di bawah 10 derajat Celsius).
Mereka, yang baru keluar dari stadion, tak menolak saat diminta berfoto bersama. Tapi mereka hanya tersenyum-senyum saat ditanyai apakah mereka datang untuk mendukung tim Belanda. Tak banyak keterangan yang didapat hingga mereka berlalu meninggalkan stadion.
Saat sudah masuk stadion, saya dan wartawan lain yang lebih berkonsentrasi pada pertandingan baru tahu duduk perkaranya. Para wanita itu ternyata bermasalah. Mereka adalah alat yang digunakan sebuah perusahaan bir asal Belanda, Bavaria, untuk melakukan ambush marketing (pemasaran terselubung) di dalam area pertandingan.
Tentu saja FIFA berang. Bir itu bukan sponsor resmi mereka. Dan siapa pun yang bukan sponsor tak boleh berpromosi menggunakan segala hal yang berkaitan dengan Piala Dunia.
Gadis-gadis jelita itu sempat ditanyai FIFA dengan bantuan polisi, sebelum akhirnya dibiarkan pergi. Tapi otoritas sepak bola dunia dikabarkan akan berusaha mengambil langkah hukum atas perusahaan asal Belanda itu, yang juga sempat melakukan aksi serupa pada Piala Dunia sebelumnya.
Nurdin Saleh (Johannesburg)