TEMPO Interaktif, Jakarta - Di tengah hiruk-pikuk suporter Amerika Serikat di Stadion Ellis Park Johannesburg, saya bertemu dengan Mika Fischer, 27 tahun. Ia warga Amerika Serikat yang lahir di Bali dan dalam tiga tahun terakhir tinggal di Jakarta.
Mika saat itu bary meninggalkan stadion bersama empat rekannya asal New York dan dua gadis Afrika Selatan. Wajahnya bercat berndera Amerika, tapi ia mengenakan kaus Argentina. "Saya baru tukaran kaus dengan suporter Argentina," katanya dengan bahasa Indonesia yang lancar.
Mika lahir di Bali. Sempat sekolah di New York, sejak tiga tahun lalu ia kembali ke Jakarta untuk bekerja di Bank Dunia. "Saya tinggal di Benhill," katanya.
Ia sengaja meminta cuti dari kantornya untuk datang ke Afrika Selatan. "Tapi tak bisa sampai final, saya harus kembali 5 Juli," katanya.
Ia tak butuh biaya banyak, hanya Rp 13 juta untuk tiket pesawat. Untuk tempat tinggal ia numbang di rumah teman dan untuk menonton ia mendapat karcis gratis dari beberapa aktivis LSM kenalannya. "Saya sudah menonton lima kali," katanya.
Meski Amerika Serikat ditahan Slovenia 2-2, juga ditahan Inggris 1-1 pada laga pertamanya, Mika yakin tim pujannya akan lolos. "Lihat saja nanti," katanya.
Nurdin Saleh (Johannesburg)