“Beberapa di antaranya bukan keputusan yang bagus dan itu, bagi manusia itu sesuatu yang alami,” katanya kepada para wartawan, Senin (21/6). “Kami terus berusaha meningkatkan sejumlah keputusan yang kami anggap belum bagus dan karena alasan itu kami berlatih setiap hari.”
Wasit asal Uruguay, Jorge Larrionda, berkilah para fans sepakbola di Amerika Selatan tak suka kepada wasit yang terlalu banyak bicara tentang diri mereka sendiri.
“Barangkali, lebih baik menutup mulut,” kata Larrionda, yang akan memimpin laga ketiga di Afrika Selatan saat Australia berhadapan dengan Serbia, Rabu (23/6).
Sebagian besar dari ke-30 wasit yang bertugas di Afrika Selatan mengikuti sesi latihan di sebuah sekolah di Pretoria. Hanya, wasit asal Mali, Koman Couilbaly, dan Stephane Lannoy dari Prancis yang absen karena baru bertugas sehari sebelumnya, Minggu (20/6).
Menariknya, keduanya merupakan wasit yang telah mengeluarkan keputusan paling kontroversial. Lannoy menuai kritikan karena membiarkan handball yang dilakukan Luis Fabiano saat mencetak gol kedua Brasil lawan Pantai Gading. Ia juga mengganjar Ricardo Kaka dengan kartu merah dalam laga Grup G yang berakhir dengan kemenangan 3-1 buat Brasil itu.
Sementara Couilbaly menjadi sorotan dunia lantaran menganulir gol yang seharusnya jadi penentu kemenangan Amerika Serikat dalam laga Grup C lawan Slovenia yang berakhir imbang 2-2 Jumat lalu.
Couilbaly juga membuat berang para pemain Amerika lantaran tak menjelaskan alasan di balik keputusannya itu.
Di awal pertandingan itu, Couilbaly juga melakukan kekeliruan dengan memberikan kartu kuning kepada pemain Amerika, Robbie Findley, yang dinilai handball padahal bola menghantam wajahnya.
Itu adalah kartu kuning kedua buat Findley sehingga ia tak bisa tampil saat Amerika menghadapi Aljazair di laga terakhir Rabu ini.
Garcia-Aranda menegaskan FIFA tak akan mendiskusikan keputusan masing-masing wasit yang berasal dari keenam zona konfederasi.
“FIFA bangga mendapatkan wasit-wasit bagus ini dari semua konfederasi. Level para wasit ini amat, sangat tinggi.”
Menurut Garcia-Aranda, kesalahan para wasit itu menjadi jauh lebih terekspos dibanding sebelumnya lantaran banyaknya kamera yang merekam setiap kejadian di seluruhj sudut lapangangan.
“Kami telah melihat keputusan luar biasa di lapangan. Setelah itu, dengan 32 kamera di lapangan, ribuan orang bisa menilai insiden yang terjadi. Kami menyadari keputusan-keputusan itu tak sepenuhnya benar.”
FIFA mempersiapkan 30 wasit yang masing-masing didampingi dua hakim garis. Para wasit ini akan mendapat bayaran masing-masing 50 ribu dolar AS.
Garcia-Aranda mengatakan para wasit punya tugas untuk berusaha menerapkan aturan permainan di lapangan, bukan untuk menjelaskan setiap insiden yang terjadi karena jika demikian mereka tak akan fokus pada pertandingan.
“Tak seorang pun bisa mengatakan bahwa kredibilitas sepakbola tengah diragukan.”
REUTERS | A. RIJAL