Skuad Prancis bertolak ke kampung halamannya yang diyakini dengan menggunakan tiket pesawat kelas dua. Di tengah-tengah ledakan hujatan, politisi dan publik Prancis dengan gampang mencari kambing hitam di mana Nicolas Anelka dan William Gallas mengambil peranan yang tidak sedikit.
“Ini semua tentang individualisme, egoisme, dan setiap orang melakukan untuk dirinya sendiri,” kecam Jerome Cahuzac, juru bicara Partai Sosialis Prancis. “Semuanya yang penting saat ini adalah ukuran cek,” lanjutnya.
Media Prancis mengecam skuad Raymond Domenech sebagai “kumpulan anak-anak tujuh tahun”. Jean-Pierre Escalettes, Presiden Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) mengatakan “mimpi buruk” ini telah membawa kemaluan buat negaranya. Stali tiga uang pemerintahan Nicolas Sarkozy bertekad menggelar investigasi soal penyebab tersingkirnya mereka dari Afrika Selatan.
Kecaman buat Patrice Evra dan kawan-kawan tak berhenti di sana. Filsuf Alain Finkielkraut mengklaim para pemain Prancis adalah produk dari “generasi sampah”, yang lebih tertarik untuk memulai kericuhan di perumahan ketimbang berintegrasi ke dalam masyarakat Prancis.
Anelka, Evra dan Gallas dengan Thierry Henry dituding sebagai biang keladi di belakang pembangkangan melawan Domenech. Setelah bermain imbang sekali dan kalah sekali pada laga Grup A, ditambah dipermalukan 2-1 oleh Afsel memaksa Prancis tersingkir. Tim menolak untuk berlatihMinggu kemarin setelah Domenech memulangkan Anelka setelah membentaknya dengan kata-kata kasar.
THIS IS LONDON | BAGUS WIJANARKO