“Saya mungkin pergi besok, tapi saya ingin anak-anak ini terus menunjukkan siapa mereka sebenarnya dan terus memainkan sepakbola Argentina sesungguhnya,” kata Maradona yang terlihat letih dan patah hati dalam jumpa pers seusai pertandingan.
Saat diminta untuk diminta mengklarfikasi rencananya setelah Piala Dunia ini, Maradona menjawab: “Saya maish harus memikirkannya dengan hati-hati tentang hal itu … dan berbicara dulu dengan keluarga saya dan para pemain. Ada banyak isu di sini.”
Apa pun yang terjadi nanti, Maradona mengatakan Argentina telah berada di jalur yang benar dan “siapa pun yang datang setelah saya” harus melanjutkan permainan gaya menyerang yang telah diterapkan timnya terlepas dari kekalahan lawan Jerman.
Setelah meraih emat kemenangan beruntun di Afrika Selatan ini, Argentina—dan Maradona— terkesan tak tahu bagaimana bereaksi saat Jerman membobol gawang merejka begitu cepat sehingga untuk kali pertama mereka tetringgal lebih dulu dalam turnamen ini.
Maradona pun tak melakukan perubahan saat turun minum meski timnya terlihat kesulitan sepanjang babak pertama. Ia baru akan melakukan pergantian ketika Miroslav Klose mencetak gol kedua Jerman di pertengahan babak kedua.
“Saya kecewa seperti semua warga Argentina,” kata Maradona. “Melihat negara saya kalah dlam sebuah pertanidngan sepakbola merupakan sesuatu yang sangat berat bagi mereka yang mengenakan kostum ini (Argentina).”
Maradona menjadi bulan-bulanan kritikan jelang Piala Dunia 2010 digelar karena ia dituding telah menangani timnya dengan menggunakan insting dan perasaan ketimbang taktik dan strategi.
Tapi, kritikan itu memudar setelah Argentina memenangi keempat pertandingan di Afrika Selatan. Sebaliknya, harapan publik Argentina akan sukses merebut Piala Dunia pertama sejak 1986 makin melambung sebelum akhirnya dihempaskan Jerman di perempat final.
Maradona terlihat jengkel saat ditanya apakah ia puas dengan penampilan timnya di Afrika Selatan.
“Apakah kami bercanda,” katanya. “Ini (Argentina) adalah negara di mana kita hidup dan bernapas dengan sepakbola. Saya tak percaya ada yang akan merasa gembira saat timnya kalah 4-0.”
AP | A. RIJAL