“Kami terlambat datang ke pesta, tapi kini kami telah berada di sini dan ingin terus berdansa selama mungkin,” kata striker veteran Sebastian Abreu, Minggu (4/7).
Uruguay harus melewati babak playoff lawan Kosta Rika yang mereka menangi November lalu untuk lolos ke Piala Dunia 2010. Tapi, tim asuhan Oscar Tabarez ini berhasil menggebrak di Afrika Selatan dan ke semifinal untuk kali pertama dalam 40 tahun terakhir.
“Mimpi para pemain ini terus membesar dan tim ini terus meningkat dari hari ke hari,” kata kapten Diego Lugano. “Kini, kami berada di level tertinggi dalam sepakbola dan setiap kemenangan menjadi lebih penting.”
Hanya sedikit pengamat yang memprediksi mereka bisa lolos dari fase grup yang berisi runner-up Piala Dunia 2006 Prancis, tuan rumah Afrika Selatan dan raksasa zona CONCACAF Meksiko.
Tapi, malah keluar sebagai juara grup tanpa kebobolan satu gol pun dan mereka kemudian menyingkirkan Korea Selatan dan Ghana dalam dua babak berikutnya.
Reputasi tim ini pun terus tumbuh. Di awal turnamen hanya segelintir jurnalis yang menyempatkan diri meliput sesi latihan dan jumpa pers yang mereka gelar di kota sepi Kimberley.
Tapi kini, saat briefing terakhir Uruguay di Johannesburg jelang keberangkatan ke Cape Town untuk memainkan laga semifinal lawan Belanda, Selasa (6/7), ratusan jurnalis, fotografer dan kamera televisi berebut kesempatan untuk memwawancarai para pemain La Celeste.
Saat turun dari bus sepulang dari latihan, Diego Forlan memandang sejumlah reporter yang berkerumun di depan hotel tim Uruguay.
“Jadi, kalian tak mempercayai kami sebelumnya?” kata Forlan dengan tersenyum.
Sebelumnya, memang sulit untuk meramalkan juara dunia 1930 dan 1950 bakal mencuat di Afrika Selatan.
Uruguay hanya finis di posisi kelima dalam klasemen zona CONMEBOL di babak kualifikasi yang mengharuskan mereka berlaga di playoff melawan tim peringkat ke-4 zona CONCACAF, Kosta Rika.
Mereka juga memastikan tiket ke Afrka Selatan setelah hanya menang 1-0 pada leg pertama di Kosta Rika dan bemain imbang 1-1 pada leg kedua di Montevideo.
Terlepas dari sejumlah kesulitan yang mereka alami sebelumnya, Uruguay menjadi satu-satunya wakil Amerika Selatan yang bertahan di turnamen ini, mengungguli dua raksasa Brasil dan Argentina.
Tampaknya, kesulitan yang dialami dalam perjalanan menuju Afrika Selatan telah menjadikan Uruguay semakin kuat.
“Babak kualifikasi di Amerika Selatan adalah yang terkuat dan terberat,” kata Abreu. “Ketika ada empat tim dari zona ini yang lolos ke perempat final, itu membuktikan sesuatu.”
Lugano sendiri tak bisa menjelaskan kenapa timnya mengalami kesulitan meraih tiket ke Afrika Selatan.
“Tak ada banyak perubahan. Kami masih para pemain yang sama, kami punya mentalitas yang sama untuk mengupayakan yang terbaik dan berjuang demi seragam ini,” kata Lugano.
“Satu hal yang pasti, babak kualifikasi di Amerika Selatan sangat berat. Argentina sempat kesulitan lolos dan bahkan Brasil pun tak bermain bagus pada awalnya.
Pendapat itu diamini oleh rekannya, gelandang Diego Perez.
“Kami jadi tim terakhir yang lolos dan kami harus memainkan 20 pertandingan untuk sampai ke sini,” kata Perez. “Melalui momen-momen sulit seperti itu telah membuat kami lebih kuat dan itu telah membantu kami terus melaju (di Afrika Selatan). Kini, kami akan berusaha bertahan.”
AP | A. RIJAL