Karenanya, pemain berusia 35 tahun ini tak akan mau membuang-buang waktu menjalani tes doping seusai pertandingan jika Belanda menang dan menjadi juara.
Van Bronckhorst yang sudah memutuskan untuk pensiun setelah Piala Dunia 2010, mendapat giliran menjalani tes doping seusai kemenangan Belanda atas Uruguay di semifinal sehingga ia tak bisa merayakan sukses itu bersama rekan-rekannya.
"Saya tak akan mau menjalani tes doping (lagi). Ini pertandingan terakhir saya di sepakbola profesional," kata Van Bronckhorst seperti dikutip Daily Record.
"Saya sudah pernah keluar lapangan (untuk tes doping) setelah kemenangan kami atas Uruguay di semifinals dan saya langsung merasa seperti terisolasi ketika saya harus menjalani tes itu.
"Itu sangat disesalkan karena saya ketinggalan sebagian besar pesta perayaan (seusai pertandingan). Saya terpisah di ruang ganti selama sejam dan 15 menit.
"Ini akan jadi pertandingan terakhir dalam karier saya dan ini partai final Piala Dunia, jadi saya tak mau ketinggalan lagi. Ini pasti lebih indah. Ini akan menjadi pertandingan sekali seumur hidup bagi semua pihak yang terlibat."
Tapi, Van Bronckhorst tak perlu khawatir bakal kembali terpilih menjalani tes doping. Hanya dua pemain dari setiap tim yang dipilih secara acak untuk menjalani tes doping setiap usai pertandingan.
Mengingat Van Bronckhorst telah terpilih dalam dua pertandingan berturut-turut, peluangnya kembali terpilih untuk kali ketiga menjadi sangat kecil.
Tekad Van Bronckhorst untuk menolak tes doping jika Belanda di final sangat beralasan mengingat ia sudah memimpikan mengangkat trofi Piala Dunia sejak masih kanak-kanak.
“Sebagai seorang bocah, kita pasti mengikuti Piala Dunia,” kata Van Bronckhorst. “Dan ketika trofi itu diangkat, itu adalah momen yang sangat istimewa.”
Fabio Cannavaro melakukannya empat tahun silam bersama Italia, tapi tradisi itu telah dilakukan sepanjang 80 tahun sejarah Piala Dunia.
Van Bronckhorst sendiri punya bebarapa momen 'pengangkatan' trofi Piala Dunia favoritnya: kapten Argentina Diego Maradona (1986) serta dua kapten Brasil, Carlos Dunga (1994) dan Marcos Cafu (2002).
“Hanya sedikit pemain yang beruntung yang bisa melakukannya,” kata Van Bronckhorst. “Jadi, merupakan mimpi buat saya untuk bisa mengangkat trofi itu.”
Dan, jika seseorang boleh bermimpi lebih, Van Bronckhorst sangat mendambakan bisa mendapatkan trofi itu dari tangan mantan presiden Afrika Selatan yang juga peraih Nobel Perdamaian Nelson Mandela.
“Semua itu akan menjadikannya sangat istimewa,” ujarnya. “Akan sangat indah jika saya bisa mengangkat piala saat ia hadir.”
SOCCERNET | AP | A. RIJAL